Rabu, 28 Desember 2016

Happy Face

Muka gembira
Siapa yang tak suka melihatnya
Melihat muka gembira
Maka cerahlah harimu
Hangatlah dinginnya hari
Walau hujan badai mengurung bumi

Muka gembira
Terkadang hanya topeng belaka
Dalam derita yang mengangkasa
Tuk yakinkan semesta
Kuatnya hati
Tegarnya jiwa
Dalam bahtera hati yang rejam

Muka gembira
Hangatkan jiwa
Terduhkan kepala
Walau tanpa kata
Tanpa ucapan merayu dada
Puaslah pecandu semesta

Bahagia untuk siapa? karena apa?
Sakit karena apa? Oleh siapa?
Muka gembira
Tunjukkan pada semua semesta
agar semua hati terpesona
semua aktor terperdaya
karena kalah pada pertandingan
walau salah hilafkan mata

namun semesta pun tak tanpa dosa

Selasa, 27 Desember 2016

Sampaikan Salamku

Ketika membaca berita
Untuk mengetahui kabar dunia
Tidak perlu banyak mencari tau
Tidak perlu repot untuk mencari banyak mulut
Tak usahlah berkeringat keluyuran kesana kemari

Cukup mempelajari hembusan angin
Memperhatikan tiap pergerakan bibir
Memperhatikan perubahan cuaca
Mendengarkan bunyi jangkrik di malam hari

Maka kau akan mengerti perubahan dunia
Maka kau akan mengetahui kemana angin bertiup
Mana siang hari dan mana malam hari
Mengapa dunia menjadi dingin
Atau mengapa malam menjadi panas membara

Ketika kamu mengerti rasa dingin itu
Saat kamu merasakan betapa panasnya
Apa itu berita yang gembira
Saat itu menjadi berita yang menyedihkan
Saat duka cita melebur
Bila riang gembira membahana
Maka mengertiklah semua itu karena angin

Maka saat ini aku berdiri di panggung sepi
Bermain pada sandiwara dunia
Film cinema yang mengharu biru
Sampaikanlah salamku padanya
Pada kakak tercintamu
Semoga berbahagia
Menemukan jalan terbaik yang dipilihnya
Semoga langgeng sampai akhir nanti

Doaku yang tulus untuknya
Dari pendosa yang mencintaimu

Senin, 26 Desember 2016

Tanpa Makna

Hening malam bangunkanku dari tidur
Seutas mimpi sukses hilangkan kantukku
Bersama hembusan angin yang tak ramah
Sebatang rokok yang tak sehat
Kunikmati bintang yang tak bertaburan
Terkapar aku dalam kedinginan

Kala rasa yang tak mampu kumengerti
Inikah kerinduan yang menyakiti
Ataukah sebuah penyesalan akan masa yang terlewati
Mungkinkah amarah yang tak terkendali
Atau hanya sebuah ego yang tak kumengerti

Merenda lelah yang tak kunjung tiba
Menjemput kembali rasa kantuk itu
Berlari dari kegelisahan ini
Agar mentari tak kulihat rembulan

Hei ... kau yang disana
Tak kah kau dengar celoteh malam
Curhatku yang tak henti
Ataukah angin kini menutup mulut
Diam membisu tak sampaikan kabar padamu

Semoga nyenyak tidurmu
Semoga indah harimu
Semoga bahagia untukmu
Bila nanti hari berganti
Kuharap indah matamu kutatap lagi
Walau tak kan dapat kugapai

Sabtu, 24 Desember 2016

Menulis

Aku tak tahu apa yang harus kutulis
Kata-kata apa yang harus kupilih
Tema apa yang akan kugambarkan
Atau akan kuberi judul apa nanti tulisan ini

Namun hatiku berkata .........
Aku harus menulis
Jemariku terasa gatal
Mataku tak mau terpejam
Gelisah ketika tak terucap
Seperti rasa dahaga yang berkepanjangan

Kutulis perlahan satu persatu
Kata demi kata kurangkai
Entahlah akan menjadi apa
Hanya menulis dan menulis
Puisi picisan
Atau hanya sajak tanpa rima

Kubiarkan rasa ini tertumpah
Dalam rangkaian kata tak tersampaikan
Sekedar penghapus rinduku
Ungkapkan tentang beban di hati
Terkadang menjadi amarah
Walau hanya kerinduan yang tak terucap

Bersama hembusan angin kencang di malam ini
Kutitipkan rindu yang tak tersampaikan
Sampaikan rindu yang menggelora
Dalam lembaran yang kuharap masih terbaca
Dalam halaman bisu tempat curhatku


Jumat, 23 Desember 2016

Entah kini siapa aku

Kadang kita selalu berusaha memenuhi keingian semua orang
Menjadi penurut, berbakti, sukses seperti keinginan orang tua kita
Menjadi panutan, baik hati, selalu memberi seperti yang diharapkan orang di sekeliling kita
Menjadi orang yang mau menurut, setia, mencintai, dibanggakan seperti pasangan kita
Menjadi loyal, pekerja keras, tak banyak mengeluh seperti keinginan atasan kita
Bahkan karena itu semua ................
Kita melupakan siapa diri kita
Apa yang kita mau
Melupakan impian yang sangat diharapkan

Menjadi orang lain
Menjadi sempurna demi orang lain
Untuk apa sebenarnya? .................
Pengakuan, ketertarikan, kesetiaan, kekuasaan, kekayaan
Itukah tujuan dari semuanya?
Ataukah kita sebenarnya sudah melupakan sesuatu yang lebih penting dari dalam diri kita
Rasa nyaman, saling peduli, saling mengerti, dan alasan untuk tetap bertahan hidup

Sebagian dari kita mungkin tlah terkena gangguan hayalan
Hingga kita selalu merasa dihantui
Merasakan ketakutan pada bayangan sendiri
Menjadi orang lain yang kita harapkan
Melupakan identitas yang melekat pada diri kita

Bahkan aku sendiri pun mungkin sudah sakit
Rasa nyaman yang kukejar
Rasa ........ yang kupendam akhirnya keluar semua
Melupakan siapa aku sebenarnya
Mengabaikan semua hal yang sudah ada bersamaku
Hanya perduli pada semesta yang tak mungkin dapat kugapai

Kini walau kusadari itu
Kukira aku tak akan sembuh dengan mudah
Saat ini aku hanya bisa berbuat sekuat tenagaku
Semaksimal yang mampu aku lakukan
Aku akan berusaha untuk tidak menyakiti perasaanmu, dia, dan mereka
Biarlah semua kupendam sendiri
Kurasakan sakit ini sendiri
Menelan amarah ini dalam-dalam
Membiarkan memakan seluruh tubuh ini

Akan kutepati semua janjiku
Melakukan semua tanpa kutanya lagi
Berbuat sekuatnya tanpa meragukan lagi
Melepaskan semua tanpa berusaha lagi
Untuk kebaikan semua
Karena aku lelah
Sungguh lelah
Tapi aku tetap mencintaimu


Malam Sahabatku

Hadirmu yang menemaniku
Memelukku erat dengan dinginmu
Walau kadang panas menguasai
Menutup pandangku dengan gelapku
Aman dengan angkuhmu
Nyaman oleh semua sepimu
Terlelap dengan merdu suaramu

Saat mimpi menggangguku
Bawakan cerita tentang cemburu
Membumbungkan rindu di atas semua rasa
Hadirkan bayangnya di pelupuk mata
Bisikkan kabarnya di gendang telinga
Memaksaku membuka mata
Walau kantuk masih mengekangku

Kau menemaniku tanpa ragu
Mengelus dadaku hilangkan gundahku
Hadirmu selalu ada untukku
Walau curhatku yang selalu membebanimu
Kau tak pernah menolak paksaku
Tak pernah bosan mendengar celotehku
Selalu sabar mendengar ceritaku

Walau tak pernah bisa menjawabku
Tak pernah menemani dalam gelas-gelasku
Bersama indahnya kerlingan matamu
Teduh sapamu tanpa suara
Kutemukan damai lepaskan beban
Tanpa cakap namun kita tersenyum
Temukan damai dengan cara kita

Terima kasih sahabatku

Rabu, 21 Desember 2016

Dan hanya begini

Basah bumi berselimut mendung
Rejam remuk menerima tiap rintiknya
Lari setiap panas bumi
Dingin menyelimuti dunia
Membujur tiap raga
Bersembunyi dalam hangat selimut

Gembira hati melihatnya
Ceria hari mendengar suaranya
Sedih jiwa tak bersua
Daya perkasa tak guna
Mentari tlah berganti rembulan

Teka teki misteri inikah jawabannya
Kala hujan menghapus panas
Mendung yang berikan gelap
Inikah akhir dari semua gembira?
Tanya hati pada angkasa

Hujan kan reda
Rembulan kan tampikan diri
Kartika kan segera hadir
Akankah malam kan indah kembali?
Mungkinkah fajar kan tersenyum kembali?

Bintang di langit
Fajar indah ku
Aku merindukanmu
Dalam bait puisi tak tersampaikan
Dalam kata yang tak terucap

Dalam rasa yang tak terwujud

Selasa, 20 Desember 2016

Selamat Pagi

Melepas mimpi semalam
Sejuta angan tertinggal disana
Abaikan lelah yang membunuh raga
Ketika peluk menjadi pelipur lara
Hanya harap yang tak kunjung tiba

Mengejar ragamu ke atas
Hanya berita terdengar di telinga
Senyum dan tawa kupasang
Tutup semua rasa di dada

Baik-baik saja
Semoga selalu begitu
Bila nanti tak bersua lagi
Kuharap rindu masih tersisa
Walau tak mungkin bersama
Tanpa dendam permusuhan lebih baik

Bila mimpi menjadi pereda rinduku
Lapang dada kuterima nyata
Hayal hanya mimpi
Mimpi hanya angan
Nyata bukanlah maya
Takdir dan waktu yang berbicara

Hingga nanti kumenutup mata
Kusimpan rasa di dada
Tak kan kuungkap bila menyakiti
Tak kan kulepas bila menyiksa

Saat terbuka mata nanti
Bila fajar kan  kembali
Senyummu yang kunanti
Walau harap terukir di langit

Kusemai dalam ladang tak berair

Senin, 19 Desember 2016

Arisan Mustahil

Tulisan ini kutulis, kubuat bukan untuk mengubah jalan fikiranmu, hal yang sama seperti yang aku lakukan dengan bersuara lantang di ruangan, sama sekali bukan untuk mempengaruhi jalan pikiranmu, hanya saja bagiku penting untuk menyampaikan padamu bahwa ada pandangan yang berbeda dan penting untuk dicermati, karena kurasa layak tuk dipertimbangkan.

Mengenai investasi dalam bentuk simpanan atau apalah namanya yang kamu dan teman-teman ikuti itu bagi saya dan mungkin sudah disadari, bahwa sangat tidak masuk akal, bukankah di kota kita, seingat saya sudah tiga kali kejadian modus penipuan seperti ini, tidakkah menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan?

Sekali lagi tulisan kali ini bukan untuk mengacaukan jalan pikiranmu, karena seperti janjiku, apa pun keputusan dan langkahmu aku adalah orang yang tetap mendukung keputusanmu. Begini kenapa tidak masuk akal. Dengan penyetoran uang Rp. 125.000,- satu kali periode, kemudian 8 bulan nya akan memperoleh pengembalian sebesar Rp. 60.000,- selanjutnya 8 bulan kemudian akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 10.000.000,- dipotong administrasi Rp. 3.000.000,- selanjutnya pada jangka waktu tertentu akan kembali mendapatkan benefit sebesar Rp. 40.000.000,- sampai dengan berapa kali lah itu. Kurasa sangat tidak masuk akal, karena Bank sebagai satu-satunya rentenir yang dilegalkal pemerintah juga tidak akan mampu memberikan keuntungan sebesar itu.

Taruhlah ini usaha dengan cara arisan. Pada periode pertama saya masih yakin 70% bahwa setiap orang akan mendapat pengembalian dana yang Rp. 60.000,- tetapi selanjutnya saya masih sangat ragu 99% setiap orang akan mendapatkan benefit yang dijanjikan per periode itu.

Begini secara kalkulasi ketika mendapat pengembalian dana sebesar Rp, 60.000,- berarti setiap orang masih punya sisa dana sebesar Rp 125.000,00 – Rp. 60.000,00 = Rp. 65.000,00. Nah pada periode pertama setiap orang kan dijanjikan Rp. 10.000.000,00 – Rp. 3.000.000,00 = Rp. 7.000.000,00.

Karena ini sistemnya arisan dan setiap orang hanya punya Rp. 65.000,- maka untuk mencapai Rp. 7.000.000,- maka peserta yang harus ikut untuk menutupi kebutuhan benefit per orang adalah Rp. 7.000.000,- : Rp. 65.000,- = Rp. 107,69 (108 orang).

Permasalahannya jika ini sistem arisan maka harusnya sistemnya bergilir menerima, kalau sistemnya bergilir maka periode ini tidak masalah. Namun bila saja ini sistemnya semua orang akan menerima pada periode yang sama maka harus ada grup lain yang periodenya berbeda dengan grup pertama yang pesertanya minimal sama dengan grup yang lain. Jadi harus saling menutupi antar grup (berjumlah minimal 108 orang per grup).

Jika itu terselesaikan oke lah masih bisa diterima dengan logika matematika, tetapi uang yang Rp. 40.000.000,- dan benefit dengan jumlah yang lebih besar pada periode berikutnya maka akan lebih rumit perhitungannya. Uang siapa yang akan dikorbankan dan siapa yang akan merima lebih dahulu karena penyetoran Rp. 125.000, - hanya dilakukan sekali.

Jadi demikian mungkin logika matematika ekonomi saya, mungkin sebaiknya dipertimbangkan lagi dengan berdiskusi dengan sarjana ekonomi temanmu itu. Oh ya. Jika saja ini bagimu adalah sejenis buang sial atau menganggap sebagai kalah judi, tetap saja bagiku sangat aneh,

Pertama, kalau saja ini buang sial, lebih baik uang itu kamu berikan atau sumbangkan pada senior perempuan yang saya tidak sukai itu, bukankah bisa digunakan untuk membelikan makanan tambahan untuk anak-anak.

Kedua, jika ini dianggap kalah judi, bukankah kalau judi akan ada menang kalah, maksimal dengan peluang kemungkinannya adalah 50%. Jika dalam periode ini seperti yang sudah saya tulis di atas bukankah ketika sisa dana yang Rp. 65.000,- akan menunggu 1,5 tahun dan ketika uang periode pertama itu tidak di tranfer maka kita tidak akan mengetahui apakah kita menang atau kalah, hanya terus menanti dan menanti.

Ketiga, jika ini sudah disadari bersama mengapa harus diikuti? Ini sangat aneh, ataukah memang dengan suka rela menyumbangkan uang untuk memperkaya orang lain, pengepul arisan ini atau perencana arisan ini?

Okelah kalau ini sudah menjadi keputusan, hanya saja saya tidak mau memberikan atau menyumbangkan uang tidak jelas, bagaimana kalau nanti uang itu akan digunakan untuk perbuatan teror atau menyakiti orang lain.


Jadi berulang kali saya sampaikan, tulisan ini tidak bermaksud untuk merubah keputusanmu, hanya saja perlu dipertimbangkan, mengingat berbagai alasan di atas, saya selalu berdoa untuk kebaikan, dan kebahagiaanmu. Mudah-mudahan kamu selalu dalam perlindungannya, karena aku masih sangat merindukanmu. Salam Penyu mu

Minggu, 18 Desember 2016

Inside of

Sunyi, sepi, sendiri
Terkurung dalam batas ruang kaku
Bukan tak mampu keluar
Hanya membiarkan raga lepaskan lelah
Mencoba kendalikan pikiran yang tak jelas
Entah kebenaran atau kesalahan
Biarkan melebur dalam diorama palsu

Kusadari tak mampu lupakan
Namun tak mungkin menyakiti
Kusadari ingin mencintai
Namun tak ingin sebabkan tangis
Kusadari ingin memiliki
Namun bila memisahkan tak jua kuinginkan

Dalam diriku
Terpapar keputusasaan
Semua dilema yang memusingkan
Mendorong semua rasa dalam kehampaan

Apa itu kesedihan?
Apa itu kebahagiaan?
Apa itu kekenaran?
Apa itu kesalahan?
Ahh... semua karena diri sendiri

Surya sengkala berlari kencang
Derap pedati dalam perjalanan
Menyepi menjadi pilihan
Renungkan semua dalam sepi

Nyaman terasa
Terbebas dari semua kebisingan
Mendengarkan detak jantung sendiri
Menikmati desah nafas pribadi
Berdamai dengan problema
Setelah sesak dalam topeng diri


Sabtu, 17 Desember 2016

Risalah hati



Kulewati malam penuh kegundahan
Hingga surya menapak langit
Tlah kupanggil puluhan bintang
Berlindung pada sentuhan candra
Berharap semua terlewatkan cepat
Namun tak mampu mengusir bayangmu

Andai ini tangan kita
Tik.. tik... tik
Detak waktu semakin melewati diri
Namun asaku tertinggal jauh di belakang
Berkutat pada mimpi dan ingin
Semburat hayal yang tak mau pergi

Mungkinkah aku dibutakan ambisi?
Dikhilafkan tingginya emosi
Naif karena ego yang di angkasa
Tenggelamkanku dalam nestafa
Hingga lupa dengan tujuan
Kesampingkan semua langkah terdahulu

Salahkan aku karena merindumu
Salahkan aku karena menginginkanmu
Bersama malam yang tlah berlalu
Saat hari yang semakin meninggi
Aku menapak pada kenyataan
Melangkah pada janjiku dan inginmu
Kulalui semua dengan ikhlas

Barisan kata ini
Kutulis dalam lembaran ini
Biarlah menjadi curhatku
Yang tak tersampaikan padamu
Menjadi pereda rinduku
Yang tak mungkin tercurah padamu
Menjadi saksi kesungguhan rasaku
Yang mungkin tak kan menyatu denganmu