Rabu, 11 Mei 2016

Cerita dalam Sekaleng susu

Sekaleng susu menyimpan cerita
Dalam tiap teguknya kurasakan kehangatan
Aku yang selalu diam
Menyendiri tanpa perhatian
Rasakan nikmatnya kasih dari sekaleng susu

Dalam kaleng susu itu
Kusimpan banyak cerita
Kunikmati rindu yang menyiksa ini
Kurasakan kenangan yang meluruhkan rasa
Kuhadapi kebersamaan yang menjadi permusuhan

Dalam kaleng susu itu
Kukenang semua kebersamaan
Kenangan indah yang kusimpan selamanya
Perjalanan panjang dan singkat di dada
Kunikmati sebagai penyegar tubuhku

Perhatianmu dalam kaleng susu
Menenggelamkanku dalam pesona cinta
Yang kudamba seorang diri
Namun terlambat kutemukan

Mungkin ini jalan hidupku
Harus kusimpan lagi semua rasa ini
Entah akan seperti apa
Kunikmati seperti sekaleng susu 

Kapan giliranku tiba?

Pada dasarnya adalah sendiri
Lalui perjalanan berliku
Melangkah karena karma
Terjadi karena hutang perbuatan diri
Ya sendiri dasar semua itu diri sendiri

Kemana rasa cinta itu?
Kemana orang yang disayangi?
Siapa diri yang kamu sayangi?
Dimana kamu termukan cinta itu?

Dimana pemilik hati yang disayang?
Dimana orang orang kamu sayang?
Dimana saudara-saudara yang kamu sayang?
Dima kuasa dan uang itu berada?

Pada dasarnya adalah sendiri
Seperti kelahiran terdahulu
Termangu sendiri di teras ini
Tabuh angklung yang menyayat hati
Kapan giliranku tiba

Ya ditunggu
Karena semua dapat diliran
Ditentukan oleh waktu
Menunggu dan menunggu
Entah cepat atau lambat

Kapan giliranku tiba

Ini Soreku

Lewati jalan berliku
Kehidupan bagai roda berputar
Naik turun susah senang
Sedih bahagia menangis tertawa
Perih, tangis, suka, gembira
Silih berganti sesuai waktunya

Aku yang rumitkan masalah
Berputar-putar seharusnya lurus
Hanya mampu meminta tanpa memberi
Lupakan cahaya pada diri

Manusia kuat karena kemauan
Lahir dari suatu kemampuan
Terhalang oleh keraguan
Yang menciptakan penderitaan
Pengetahuan menjadi hina
Bahkan menjadi tanya lebih besar
Tapi tanya bukanlah kesalahan
Salah bila berpura-pura

Tahu diri tidak tahu
Tidak tahu diri tidak tahu
Tidak tahu pura-pura tahu
Tahu pura-pura tidak tahu

Menyeleraskan hidup bersama semesta
Hingga semesta pun bersama diri
Indah pada waktunya
Karena semesta adalah kebahagiaan

Ketika sedih tak merubah apa pun
Ketika sedih hanya menjadi tanya
Mengertikkan pada diri
Mengapa bertahan pada sedih
Merubah diri demi diri

Karena lahir mati adalah sendiri

Rindu ini milikku

Kini pagi tak lagi bersemangat
Mata pun malas terbuka
Ketika puja berkumandang tak lagi ditunggu
Maka langkah lalui hari  pun meragukan
Kemana diri ini kan melangkah

Panas siang pun kini menyengat
Peluh bercucuran lemahkan diri
Pandangan memudar hati berdebar
Menahan diri tak rebah dalam kesepian
Sungguh dilema hati yang membingungkan

Malam kini tak berbintang
Kerlip di atas sana tak lagi tersenyum
Mengejek dengan genit cahayanya
Bulan enggan tersenyum
Cahayanya tak mampu meneduhkan hati
Mengundang kerinduan yang menyakitkan

Haaaaahhhhhhh
Hidup penuh misteri
Kubiarkan ini menjadi cerita hati terdalam
Masa depan biarlah menjadi jalan
Entah sakit entah bahagia
Kubiarkan jawaban terjawab di jalan

Aku hanya merindukanmu
Sungguh sangat merindukanmu
Bukan tuk memaksamu
Bukan tuk mengganggumu
Rindu ini miliku sendiri
Rindu ini kunikmati sendiri