Kamis, 11 Februari 2016

Sebuah Pertanyaan

entah kenapa dirimu menghilang
atau cuma perasaanku saja
mungkinkah aku yang terlalu cengeng
atau semua karena ego

kita berada di dunia berbeda
yang kuharap nanti bersatu
entah kapan terjadi
kupastikan menunggu

entah kenapa kurasa berbeda
hati ini terus bertanya
keakuan dalam jiwaku berteriak
menanti kabar darimu

jauh terasa sangat jauh
ingin kupergi ketempatmu
tuk sampaikan perasaan ini
rasa yang tak pernah kumengerti

atau mungkinkah harus ku diam
tanpa kata dan suara
karena jawabmu pasti sama
aku tak mengapa

rasa yang tak pernah kutemukan ini
membelenggu bagai terali baja
kesempurnaan rindu ini
mengejar sampai langit ketujuh

Penyu Shampoo

Perasaan ini merindukanmu
Entah mengapa selalu fikirkanmu
Namun harus kusadari
Yang membatasi waktu dan status
Ungkapan hati ini tak terbendung


Sungguh aku tak dusta padamu
Harusnya aku tak melewatkanmu
Aku yang terbiasa sendiri
Melupakan cari bahagia untuk diri
Pertama aku melihatmu
Otak dan hati ini berkata
Orang ini yang akan jawab semuanya

Begawan Google

aku mulai ragu menulis
terbayang kau bosan membaca
muak dengan rangkaian kata

aku hanya pujangga yang kesetanan
yang gila akan tulisan
puas akan senyumanmu

kata-kata yang kutulis
murni buah pikiranku
yang selalu inginkanmu

badai dalam kepala ini
gempa di dada ini
ingin kusampaikan dengan sajak

tak pernah kumencuri kata
atau pun meminta kosa
dari begawan Google

seperti sebelumnya
tulisan ini tercipta
untuk mencuri perhatianmu

nanti saat kau bosan
biarlah barisan kata ini
jadi saksi kerinduanku

jika nanti kau lupa
maka parade puisi ini
akan jadi saksi keinginan bersamamu

Dunia dalam Kaca

Entah apa yang harus kutulis
Entah apa yang ingin kusampaikan
Entah apa yang ada di hatiku
Entah apa yang menggangguku

Rasanya ada yang sakit tapi tidak
Rasanya ada yang perih tapi tidak
Rasanya ada yang mengganjal tapi tidak
Rasanya ada yang menyesakkan tapi tidak

Ingin teriak tapi tak mampu
Ingin menangis tapi tak boleh
Ingin tertawa rasanya hambar
Ingin diam tapi tak bisa

Saat ini dunia rasanya tidak berputar
Saat ini rasanya angin tak berhembus
Saat ini rasa sakit tidak mau timbul
Saat ini entah kemana perginya semangat




Terasa ingin sendiri
Terasa ingin berlari kencang
Terasa ingin teriak
Terasa ingin tertidur

Perjalanan ini semakin terasa melelahkan
Perjalanan ini semakin terasa menyakitkan
Perjalanan ini semakin terasa membosankan
Perjalanan ini semakin terasa menggelikan

Raga ini seperti tanpa jiwa
Perbuatan ini seperti tanpa asa
Langkah ini seperti tanpa tujuan
Senyum ini seperti tanpa arti

Bolehkah aku sudahi
Bolehkan aku berhenti
Bolehkah aku beristirahat
Bolehkah aku diam saja

Dunia seperti dalam kaca
Aku bercerita sendiri
Aku mendengar sendiri

Orang lain hanya lewat disekitarku

Mencoba Tidur

ketika marah redakanlah dengan lelap
setidaknya itu yang dikatakan tetua
kucoba buktikan hari ini
tapi hasilnya nihil

kupandang foto dalam suratmu
rasakan kenangan di dalamnya
hangat terasa di dada
mengurai dingin hari ini

demi seluruh hayal
aku benar-benar bahagia terkenang
waktu yang berharga
kala terbaik di hidupku

terbagun dari tidurku
kurindukan suaramu
kucari tapi tak kutemukan
hanya nada yang sama di telinga


entahlah tapi tak mengapa
kucoba kebali terlelah
kutarik selimut tuk hangat tubuh ini
mencoba usir pikiranku

waktu berlalu dengan diam
terjaga oleh angkuhnya dingin
kucoba mencari tawamu
kutemukan tapi tak sanggup kudengar

hahahahahaha
inilah keadilan dunia
yang biasa kuterima sejak dulu
sungguh ku terbiasa

berbahagialah sayang
nikmati hari bahagia ini
rayakanlah dengan suka cita
doaku sukses dan bahagia untukmu

tak mengapa
tenanglah jangan khawatir
aku selalu kuat
tegar dalam janjiku

Rumah Pohon

Rumah pohon adalah salah satu objek pariwisata yang terbilang baru di Pulau Dewata Bali. Namun
destinasi pariwisata ini ternyata mampu memberi warna baru terhadap tourism yang ada. Objek pariwisata ini menyuguhkan pemandangan alam dari ketinggian puncak pohon dan rumah, atau saya lebih suka menyebutnya seke pat atau balai dari 4 (empat tiang) yang ada di atas pohon.

Destinasi wisata yang ada di wilayah Tukad Abu, Desa Tulamben Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem ini sebenarnya merupakan rumah pribadi yang dibuka untuk umum. Mungkin karenanya Dinas Pariwisata setempat belum melakukan terhadap Rumah Pohon ini.

Untuk menuju lokasi rumah pohon ini dapat ditemput dengan perjalanan sekitar 20 menit dari pusat kota Karangasem (Amlapura). Destinasi ini juga terbilang dekat dengan objek wisata yang terkenal dengan pemandangan alam bawah lautnya “Tulamben”, sekitar 5 menit perjalanan. Sebelum menuju rumah pohon ini setelah melewati jalan utama, yang menghubungkan kabupaten Karangasem dan Singaraja, anda akan melewati jalan kecil berbatu, sedikit rusak, namun jangan khawatir karena selama perjalanan anda dapat menikmati pemandangan alam yang indah.

Secara umum cuaca di rumah pohon cukup menunjang bagi anda yang suka akan ketenangan, namu pada musim panas akan sedikit terasa menyengat, namun karena pepohonan cukup rindang maka panas matahari tidak akan membuat kulit anda menjadi gosong. Jadi enjoy aja ya.

Dengan biaya masuk atau yang disebut sebagai sumbangan pemeliharaan sebesar Rp. 10.000,- sepuluh

ribu) rupiah, para pengunjung sudah bisa masuk ke areal rumah pohon. Di beberapa tempat dan pilar-pilar pemilik/pengelola rumah pohon menempelkan peringatan yang pada intinya mengingatkan bagi para remaja yang mengajak pasangan/pacarnya tidak berbuat tidak pantas. Lebih lanjut pemilik/pengelola mengingatkan bahwa rumah pohon ini dibuat lebih kearah tempat perenungan dan penenangan diri.

Sampai dengan tulisan ini dibuat pemilik/pengelola terus melakukan pembenahan/penambahan rumah pohon yang terbuat dari bambu. Saat ini telah ada beberapa bangunan/rumah pohon, kemudian di tengah areal rumah ini juga dibuat sejenis bangunan berbentuk candi berundak mirip Borobudur di Jawa Tengah. Pengunjung diijinkan untuk naik ke puncak bangunan tersebut.

Sambil menikmati pemandangan alam, anda juga dapat menikmati makanan Rujak, Tipat pecel, Nasi Goreng,  aneka Jus yang disediakan di cafe Rumah Pohon. Makanan yang tersedia menurut saya cukup enak, apalagi saya rasa buah yang digunakan tergolong lebih segar daripada penjual di pinggir jalan. Harga nya juga serba “Serbu” hehehehehe serba sepuluh ribu maksudnya.
 
Di rumah pohon ini juga dipelihara beberapa hewan, seperti : aneka burung, monyet, kambing, kelinci, dan anjing. Jangan khawatir dehhhhh jinak-jinak kok. Mungkin yang lebih buas pengunjungnya hehehehehe, maaaffffffffff.

Oke guys segitu aja ya. Kalau saya cerita terlalu banyak nanti kalian tidak akan bisa membuat cerita disana. Datanglah, buat cerita disana dan kenanglah siapa tau menjadi kenyataan.


Salam PenyuShampoo

diolah dari kunjungan PenyuShampoo dan berbagai sumber

Tetes

pagi memanggil ku dengan dingin
awan berarak penuh arti
burung berceloteh tak henti
angin kabarkan kebimbanganmu

kesalnya hatimu
marahnya jiwamu
protesnya asamu
tebalnya debu pada pikiranmu

aku yang hanya bisa terpaku
diam membisu dalam kelu
termenung karena lemahnya hati
menahan sakit, perih pada sesal


nanti aku kan berlali untukmu
menjemput impian
merangkai harapan
menjalin rasa yang terpendam

aku pun tak yakin kapan
jangan tunggu waktu
biarkan dunia berputar dengan maunya
lalui dengan egonya alam

bila waktu tiba
kupastikan tiba ditempatmu
dengan senyum di bibir
dan menantimu dipangkuanku

demi masa itu
demi janji yang terucap
demi setetes harapan

aku kan kuat pada kaki ini

Anugrah

kepala ini diberkati dengan pemikiran
pemikiran cepat yang kadang tak dimengerti
pemikiran yang dipahami setelah terjadi
pemikiran yang diterima setelah terbukti1a

tubuh ini diberkati dengan kekuatan
fisik yang tak kalah dengan latihan bertahun-tahun
daya tahan yang luar biasa dari sakit
kekebalan bagus atas racun

tangan ini diberikan anugrah
atas usadha di luar nalar
sentuhan untuk pertolongan
atas semangat yang padam

tapi DIA belum memberikan anugrah
pada hati  yang lemah ini
hati yang menangis dalam diam
yang terbiasa sendiri dalam ramai

jawaban telah ditemukan
dalam ruang dan waktu yang menyiksa
ataukah hati ini yang terlalu lemah
hingga jawaban dariNYA lewat begitu saja

tangis yang menjadi-jadi
membuat semakin teriris
jiwa ini meronta
raga ini merapuh

ingin kutanggalkan semua
bertanya langsung pada penguasa
menuntut arti dari semua
apa daya janji tlah terucap