Sejak kemarin
aku hanya bisa diam
membisu tanpa kata
karena membalas
akan menjadi perdebatan
menyesakkan dada
memecahkan kepada
aku hanya bisa diam
diam membisu
tak satu pun kata keluar
kudiamkan saja
biarlah kudengar saja
kurasakan tiap tusukannya
bila lelah
kupejamkan mataku
berharap tidur datang lebih cepat
berharap malam segera berganti
kadang terbersit
aku saja yang meminta maaf
memohon maaf atas kebenaran
karena mungkin saja aku salah
salah di atas kebenaran itu
tapi haruskah aku yang mengalah
haruskah aku yang selalu meminta maaf
apalagi kepala ku tertedang kaki
kaki yang seharusnya di tanah
pernah di atas kepalaku