Senin, 25 Juli 2016

Suryaku hilang di telan cakrawala

Sang surya mulai menghilang di kejauhan
Sang bayu bertiup kencang tunjukkan kekuatan
Gemuruh pantai selatan memecah karang
Riuh ombak menyapu daratan
Menghempas garis pantai yang tak bergeming
Ditemani pepohonan yang menari nari

Kaki terpaku pada pantai berpasir
Mata menerawang menatap deru ombak
Dada yang berdebar tak kunjung berhenti
Entah apa yang sedang terasa
Hilang jati diri hilangnya kesadaran

Suryaku hilang di telan cakrawala
Sebaris mimpi tertinggal disana
Esok ketika sang fajar berkuasa
Akankah mimpi jadi kenyataan
Mengganjal tiap teteas aliran darah

Tubuh yang mulai kedinginan
Terdorong oleh hempasan ombak
Melangkahkan kaki tanpa tujuan
Mencari makna cinta yang menghilang
Mungkinkah hanya kosong dan palsu

Suryaku hilang di telan cakrawala
Sebaris garis cahaya berkelebat
Sampaikan salamku pada sang fajar
Kunantikan saat pertemuan
Kurindukan saat berpelukan

Kuharapkan kan menjadi nyata

Muter-muter

Heii poo sayang.... sudah sampai di rumah belum?
Sore sampai malam hari ini, entah kenapa dada saya berdebar-debar terus sejak pulang mendahului dari kantor itu. Akhirnya sejak jam 4 atau jam 5 saya keliling tanpa tujuan yang jelas.

Sempat ke pantai tempat kita beli pop mie juga, ke pantai tempat saya menyendiri, sempat ke jalur sebelas, sempat nyuci mobil. Trus sampai saya mengetik surat ini saya masih ada di sekitaran taman tempat kamu bertugas sama orang tua yang gendut waktu festival itu.

Yahhh sebenarnya juga di jalan terus seh, sempat pulang kerjakan tugas, jalan lagi muter-muter. Pulang lagi muter muter lagi, terus seperti itu sampai sekarang.

Ga tau kenapa pokoknya bingung, ga betah di satu tempat aja. Muter-muter terus ga jelas. Saya Cuma berharap supaya tubuh ini cepat lelah trus sampai di rumah nanti langsung tertidur.

Oh ya.... saya dua kali ketemu sama kakakmu di jalan. Saya tau dia liat mobil yang saya bawa, tapi sepertinya dia pura-pura ga lihat. Pertama saya liat dia di dekat halte utara tempat kakak kamu kerja. Waktu itu sepertinya dia sedang minum es campur atau sejenisnya. Terlihat mikirin sesuatu lah dia. Trus kedua, waktu saya mau menuju ke taman ini, ketemunya di perempatan menuju ke tempat ortu kamu kerja. Saya dari arah kota, ke selatan trus menuju taman. Sedangkan kakakmu dari selatan ke utara. Dia kena lampu merah jadi berhenti, jadi saya liat dia.

Ya.... sudah dulu deh. Lagian saya juga ga tau kamu masih baca tulisan-tulisan di blog ini atau ndak. Ga pa pa deh.... selamat malam ya. Met istirahat

Daaaa sayang


Cerita siang ini

Entah kenapa semua orang kini menganggapku menjalin hubungan dengan orang yang sedang terbaring di Rumah Sakit itu. Sungguh aku tak berhubungan dengan orang itu.

Aku akrab dengan dia karena aku sering meminjam wifi disana. Ya... aku Cuma komunikasi biasa saja disana. Lebih banyak aku diam dan berkarya tentang perasaanku padamu

Aku sayang kamu. Cuma itu saja yang ingin aku ceritakan siang ini.

Oh ya..... suatu saat saya ingin bicara denganmu berdua, menceritakan tentang sejujur-jujurnya tentang awal mula permusuhan kita, yang mungkin mulai mencair sekarang.

Ya..... aku ingin mendengar langsung darimu, karena aku yakin ada permasalahan besar disana selain kamu ingin menghidar dariku gara-gara status.

Entah kapan itu akan bisa terwujud biarlah.... aku hanya bisa menunggu. Aku Cuma bisa berharap. Mungkin suatu hari nanti aku akan mendengar langsung dari mulutmu.

Aku kelelahan sayang.... tapi aku terus berharap, dengan harapan kosong di depan mata. Karena harapan, dan rasa rindu ini aku bisa bertahan tetap hidup tetap berdiri tegak.


Aku Cuma bisa seperti ini, entahlah seperti apa. Biarlah.........

Bahagiaku

Banyak cerita tentang bahagia
Pujangga banyak tlah berpuisi
Bahagia itu sederhana
Ya..... begitulah katanya sederhana
Begitu sederha hingga tak banyak yang memahami

Kini ketika sang fajar tlah berlalu
Ketika tetes embun itu tlah hilang
Bahagia itu yang tlah melebur
Hilang bersama angan dan kenangan
Hanya bisa tertegun dalam lamunan

Bagiku bahagia itu .....
Melihatmu tersenyum walau bukan untukku
Mendengarmu tertawa walau tak bersamaku
Mendengar cerita tentang hidup bahagiamu
Ya.... itulah bahagiaku kini

Biarlah kunikmati bahagia itu sendiri
Akan kurasakan bahagiamu dalam diamku
Acuhku bukan tak memperhatikanmu
Karena hati dan telingaku
Selalu ada untukmu

Yahhh mungkin ini bahagiaku
Hanya berusaha menyederhanakan bahagia itu
Keputusasaan kini tlah menjalar di dalam aliran darah
Maka kan kubiarkan seperti ini
Biarlah kusimpan dalam dalam

Sampai waktu yang menentukan

Memanggilmu sayang

Sayang ...........
Makasi ya tadi sudah minta ijin sama saya, ga seperti ijin sebelumnya ijin sama si gendut itu.

Oh ya.... aku tulis surat ini Cuma sekedar sampaikan rindu ini padamu.
Cerita hari ini, aku mau ceritakan rahasia terbesarku. Dan Cuma kamu yang tau tentang ini.

Sayang........
Untuk mengusir rasa rinduku padamu, dari beberapa hari yang lalu, aku mulai memanggil si bungsu dengan nama panggilanmu **i. Iya kupanggil dia dengan namamu, untuk mengurangi rasa rindu ini.

Sayang .....
Sungguh aku sangat merindukanmu. Haahhhh entahlah akan jadi seperti apa rasa rindu ini. Aku hanya bisa menyerahkan pada sang waktu, karena aku sendiri tidak pernah bisa melupakan semua tentang kita.

Entahlah..... akan kubiarkan rasa ini tetap seperti ini. Aku hanya bisa berharap kamu bahagia disana.

Eh ya sayang ......
Kini aku Cuma bisa berharap bisa terus melihat senyummu, mendengar tawamu, dan ada cerita bahagia nanti tentangmu terdengar di telingaku. Walaupun sampai saat ini mata dan telingaku masih kamu tutup rapat-rapat.

Yahhh sudahlah ga pa pa, aku Cuma bisa seperti ini. Ya.... di blog ini aku ceritakan tentang semua rasaku padamu, dan lewat ini pula aku bisa memanggilmu sayang.


Yaaa CU sayang...............

Perjalanan

dingin menyeruak menembus bumi
getarkan jiwa yang melayang
sinar mentari menembus mega
gambarkan garis-garis cahaya
lalui jalan berliku dan berlubang

dentuman musik membelah telinga
biarkan dada bergetar lepaskan dahaga
teriakan berkumandang bukan nyanyian
terbelah rasa yang menyakitkan
sepi, dingin hampa terasa

suara burung ramaikan semesta
menyambut hangat memeluk bumi
desahan alam bersama bersama tarian bambu
membasuh perih yang tak terobati
berjalan sang waktu jiwa tak bergeming

dongeng fabel tentang keajaiban
bercerita indahnya keajaiban
surga, nirwana dunia dewata
hati mulai ragu tentang fana
logika, naral menjadi  problema

di jalan ini kudesahkan
mengapa terungkap bila terdiam
bukanlah sesal tentang perjalanan
hanya bertanya pada sang alam
mungkinkah karma bumi melanda
reinkarnasi jiwa yang tak berujung

aku yang kini semakin tak percaya