Rabu, 26 Oktober 2016

Semut hitam

Semut hitam begerak tak henti
Tak hiraukan kakinya yang tlah lelah
Peluhnya mengucur tak henti
Kadang menghilang mengengiring di terpa panas
Matanya pun mulai merabun

Semut hitam terus berlari
Mencari makan yang tak lari
Kamuflase tuk hilangkan semua tenaga
Hingga nanti saat malam menjemput
Mata tak lagi menerawang menembus awan

Semut hitam yang tak perduli lagi mimpi
Yang menguasai delapan malam
Membangunkan di tengah malam
Menggoda nyenyaknya tidur di pagi hari
Bahkan mengganggu senggang di kala siang
Mimpi tinggal mimpi
Nikmati sebagai penghias gelapnya malam

Semut hitam yang tak betah dalam liang
Siang hantarkan sang ratu
Malam menjadi babu si kulit pucat
Bukan lembar uang yang membahagiakan
Menjadikan lelah sebagai teman sejati

Ini kisah semut hitam
Yang ditelan badai pasir
Bosan berenang pada air mata
Lelah menanti dalam sudut gelap
Terpekur menatap dari kejauhan
Hanya berusaha menerima kuasa sang waktu