Semut
hitam begerak tak henti
Tak
hiraukan kakinya yang tlah lelah
Peluhnya
mengucur tak henti
Kadang
menghilang mengengiring di terpa panas
Matanya
pun mulai merabun
Semut
hitam terus berlari
Mencari
makan yang tak lari
Kamuflase
tuk hilangkan semua tenaga
Hingga
nanti saat malam menjemput
Mata
tak lagi menerawang menembus awan
Semut
hitam yang tak perduli lagi mimpi
Yang
menguasai delapan malam
Membangunkan
di tengah malam
Menggoda
nyenyaknya tidur di pagi hari
Bahkan
mengganggu senggang di kala siang
Mimpi
tinggal mimpi
Nikmati
sebagai penghias gelapnya malam
Semut
hitam yang tak betah dalam liang
Siang
hantarkan sang ratu
Malam
menjadi babu si kulit pucat
Bukan
lembar uang yang membahagiakan
Menjadikan
lelah sebagai teman sejati
Ini
kisah semut hitam
Yang
ditelan badai pasir
Bosan
berenang pada air mata
Lelah
menanti dalam sudut gelap
Terpekur
menatap dari kejauhan
Hanya berusaha menerima
kuasa sang waktu
