Kamis, 21 April 2016

Aku sangat menyesal

Dalam keheningan malam
Kuselesaikan puja doaku
Namun gairah hidupku pun menghilang
Ditelan rasa bersalah mendalam
Penyesalan memenuhi ruang hati ini

Berselimutkan gelap kunikmati bintang
Kalbuku menangis pilu
Hatiku teriris pisau nestapa penyesalan
Membuat jiwa ini semakin sedih
Sedih dan bertambah sedih

Dalam torehan hati ini
Kusampaikan teriakan jiwaku
Maafkan aku...... maafkan perbuatanku
Aku sungguh-sungguh
Aku sangat merasa bersalah

Kutau kau enggan memaafkan aku
Aku pun tak patut untuk dimaafkan
Walau kata tak sempat terucap
Mata tak sempat memandang
Jemari tak kan bersentuhan
Tapi aku sangat ingin dimaafkan

Ampuni aku
Haruskah aku berlutut di hadapanmu
Maafkan aku ..... aku mohon maafkan aku
Bila rasa tak mungkin bersama
Ijinkan aku berteman saja
Karena rasa bersalah ini terus menyiksaku

Aku pun tau rasa sakitmu
Mungkin melebihi rasa sakit ini
Karna semua perbuatanku
Maafkan aku
Ijinkan aku sampaikan permohonan maaf ini
Ampuni aku

Aku sangat menyesal

Kupilih ruangan ini

Ini bukan cerita bukan pula puisi, aku hanya ingin menyampaikan apa yang kupikirkan dan kurasakan sejak kemarin. Terakhir bertemu dengan orang tuamu pada hari Minggu, beban di hati ini sungguh sangat mendalam.

Rasa bersalah terus menghatui tiap perjalananku. Rasanya permintaan maafku tak pernah cukup untuk menyembuhkan luka di hati dan keluargamu.

Janjiku untuk tidak mengganggumu lagi dan bersedia membantu sekuat dan semampuku terus kupegang erat agar aku dapat melangkah dengan baik.

Lama kupikirkan.......... karena kita satu ruangan, dan mengingat rasa ini masih sangat mendalam, aku takut tak mampu kendalikan rasa ini padamu.

Bisa saja aku melakukan hal-hal sesuai dengan naluriku bukan pemikiranku. Akhirnya kemarin entah ide dari mana kuputuskan tidak berada di meja kerjaku.

Tempat yang aku paling suka di dunia ini, karena sepanjang hari aku akan terus dapat memandangi kegiatanmu. Memperhatikan tiap perubahan raut mukamu. Mencuri senyum di bibir tipismu.
Walau tak rela tapi aku harus ikhlas, karena aku ingin kamu merasa nyaman bekerja, aku ingin kamu merasa aman tanpa gangguan dariku, dan aku ingin melepaskan semua beban yang ada di hati ini.
Akhirnya aku pilih ruang sempit ini, walau terkadang aku harus menyendiri tanpa teman bicara satu pun.

Biarlah laptop ini menjadi teman curhatku, yang akan menyampaikan kabar-kabarku kepadamu.

Walaupun aku menyadari bahwa mungkin saja kau tidak akan pernah membaca tulisan di blog ini. Semua media sosial yang kamu punyai tlah kau jauhkan dariku. Blokir, delete contak, hapus pertemanan dan menghilang dari pencarian.

Ya sudahlah..... ini semua salahku yang tak berikan kamu kesempatan bernafas, tidak mencoba mengerti keadaan kita.


Biar, biarlah seperti ini. Kusimpan rasa dan bercerita sendiri sama seperti dahulu. 

Permohonanku

Rasa suka gembira di hati
Sedih sakit yang kurasakan
Ketulusan cinta yang kurasa
Perhatian yang kuterima
Sungguh sangat kurindukan

Ya aku merindukan semuanya
Kopi hangat yang selalu kau seduhkan
Canda tawamu yang riang
Nada nada suaramu yang meninggi
Lirikan matamu yang sangat cepat
Senyum dan amarah pada bibirmu
Kurindukan semuanya

Semakin lama semakin kuat kurasakan
Rasa cinta dan sayang padamu semakin erat di hati
Mengaburkan semua logika dan pemikiran
Karna aku tak pernah merasakan
Rasa ini sebelumnya
Ataukah karena terpendam terlalu lama
Sudahlah semua sudah terjadi

Rasa di dada ini untukmu
Yang kuputuskan tuk kupendam
Untuk menjagamu
Untuk kenyamananmu
Biar rasa sakit, perih ini kupeluk erat di dada

Ya.... Tuhan penguasa tiga dunia
Kini terimalah permohonanku
Kabulkanlah dengan sesungguh – sungguhnya
Jika memang bukan milikku
Jika bukan ujung takdirku
Maka hilangkan dan jauhkan perasaan ini
Hilangkan semua kenangan manis yang kurasa
Musnahkan semua rasa yang kupendam
Yang membuat aku frustasi

Namun jika memang milikku
Kembalikan padaku
Tunjukkan jalannya