Minggu, 15 Mei 2016

Sahasra Bana

Harapan itu perlahan menghilang
Semakin ingin kulupakan dan kutinggalkan
Melupakan..... dan meninggalkan.....
Semua kenangan...........
Saat-saat itu..............

Kini
Mungkinkah aku masih bisa berharap
Menanti .............
Apa masih bisa?
Aku mengharapkannya

Mungkinkah kamu juga masih berharap?
Ataukah sudah melupakannya
Demi kebaikan bersama?
Atau demi orang lain
Untuknya, untukku, untuk yang lain?

Melupakan
Yang tak mungkin kulupakan
Aku menghapus
Apa yang tak mungkin kuhapus
Kupendam
Apa yang harus kupendam

Seperti cermin di lemari itu
Yang melalu mengingatkanku
Berbalikpun percuma
Sia-sia semua
Menata pun semakin menderita
Sengsara dalam hati dan jiwa

Laksana sahasra bana menusuk jantungku

Phobia

Entah apa di hati ini?

Bertemu denganmu kurasakan menakutkan
Dulu bertemu denganmu adalah yang kutunggu
Bertemu dengamu sepertinya menyakitkan

Menatapmu sepertinya mendapat pelukan kengerian
Mata ini tak mau terbuka ketika melihatmu
Mata ini selalu tertutup air mata ketika melihatmu

Mendengar suaramu kini terasa menyiksa
Takut telinga ini mendengar canda khasmu
Sakit dan perih rasanya
Saat di udara pun kini aku memilih
Jangan sampai aku mendengar “a thausand years_ lagi
Itu terlalu menyiksa
Mengundang tanya dan keraguanku

Memperhatikan gerakmu
Kini penuh dengan curiga
Kemana kepercayaanku
Kemana rasa percaya diriku

Mungkinkah aku terkena phobia
Mungkinkah aku ketakutan berlebihan
Inikah penyakit jiwaku
Mungkinkah aku phobia kehilanganmu?

Cerita bangun kesiangan

Hari ini kumulai dengan bangun kesiangan......

Oh ya kemarin malam saya sembahyang ke Taman......... itu lo tempat kamu bertugas waktu sama orang gendut, tua, dan sedikit botak itu.

Kalau belum mengerti di tempat waktu tugas, kamu ga di kasi snack trus saya yang ambilkan sambil duduk di samping kamu. Hhhhh rasanya masih teringat jelas masa itu.

Disana lumayan lama sembahyangnya...... ada tanda-tanda hujan tapi saya kendalikan sampai hujannya baru dimulai jam 23.00. kamu tau kan alasannya biar kamu ga kebasaha.

Kembali lagi ke cerita tempat sembahyang di taman ...... itu. setelah sembahyang saya banyak diceramahi sama orang tua. Gara-garanya sama, karena saya ga mau ngomong sama di zaman (kamu tau kan...... pasti ngerti .... cari nama lainnya).

Nah ..... terpaksa saya ceritakan semua tentang kekesalan saya, tentang kekecewaan saya, tentang bagaimana tertekannya saya selama ini.

Kayaknya mereka mengerti, karena setelah saya cerita, mereka hanya diam terpaku, mungkin mereka ga nyangka saya bisa cerita seperti itu, karena seumur hidup saya saya ga pernah ungkapkan isi hati saya yang sebenarnya ke mereka. Tapi saya tetap ga cerita tentang kamu, saya tetap melindungi kamu.

Setelah pulang, saya mencoba tidur, untuk melupakan semua masalah yang terjadi kemarin. Ternyata pagi hari menjelang bangun baru saya bermimpi. Dalam mimpi saya kamu saya dengar sudah punya pacar.

Dalam hati ada sedikit cemburu seh.... tapi saya bersyukur dan berdoa, mudah-mudahan pacar kamu kali ini baik, pengertian, mau memperhatikan kamu, dan tidak status seperti saya.

Saya berharap itu bukan si bulan dan bukan si yang namanya mirip dengan si Zaman (setelah huruf a diganti dengan huruf i). Kalau bukan mereka saya akan tenang, tetapi apapu keputusan kamu seperti janji saya, maka saya adalah orang yang akan selalu mendukungmu, selalu berada di belakangmu.

Oh ya.... lupa sepertinya pileknya dah membaik kan, ya.... mudah-mudahan kamu sehat selalu, bahagia, dan penuh keberuntungan.


Entah ya.... sampai hari ini saya hanya merasa sendirian. CU. saya mau ke denpasar ada tugas......