Kamis, 08 September 2016

Siang ini Panas Sekali

Hidup bagaikan sebuah kegilaan
Dalam pusaran roda nasib yang tak berujung
Antara percaya dan tidak
Semua langkah terasa pada saatnya
Walau semangat masih tersisa
Ada kalanya menyerah pada langit

Angin yang berhembus meniup dedaunan
Tak kan sanggup meredakan panas terik mentari
Hanya peluh yang sedikit mengering
Namun kan tinggalkan gerah dalam tubuh
Riuh pepohonan yang menari
Hanya menghibur lelah sesaat
Namun gelisah kan bercengkrama dalam jiwa

Marah, murka, tangis, sedih, tertawa gembira
Selalu menyertai dalam tiap langkah
Tak kan terduga tak kan disangka
Semua bergilir sesuai gerak awan di langit
Bagai misteri yang tak tak terjawab

Jerat-jerat kehidupan membelit sukma
Barisan kata tanpa makna kan mengabarkan
Pada tebalnya dinding hati
Pada kokohnya keangkuhan
Yang tak sanggup menembus rasa marah dan dendam

Hidup ya hidup
Jalan ya jalan
Entahlah kan seperti apa
Tidaklah seperti telenovela
Bukan seperti drama korea
Yang kan terjawab pada ending cerita
Maka aku hanya seperti ini
Berharap satu dan satu menyatu

Walau hanya akan dalam mimpi

mengejar bayanganmu

Aku terus mencari bayanganmu
Dalam ruang sepi tanpa suara
Namun tak satu pun kutemukan
Tak sanggup ku mencari
Dengan semua keterbatasan mata dan telingaku

Satu-satunya mata dan telingaku
Yang sanggup berikanku bayangmu
Sekedar pelipur rasa rinduku
Tak berubah, tak bernyanyi, tak berkata
Dengan cara apa lagi harus kutemukan

Hari yang panas semakin terasa menyengat
Hembusan angin yang kencang menyesakkan dada
Mata yang berkunang-kunang tak karuan
Kuhempaskan tubuh dalam pelabuhan rinduku
Hanya sepi yang menjawabku

Aku tak kan sanggup mengganggumu
Tak kan berani tuk merayumu
Tapi biarkan aku mengobati rinduku
Menepiskan sepiku
Hanya dengan mendengar, melihat kabarmu disana
Agar kupastikan semua tentangmu baik dan bahagia

Ingin kuucapkan dari mulutku
Agar terdengar dalam genderang telingamu
Tapi mungkin tak kan tersampaikan dalam hatimu
Karena tatap mata pun kini tak berarti
Ribuan rasa kesal tlah memenjarakanmu
Dalam ruang yang tak kan sanggup kuraih

Maafkan aku yang begini
Hanya mampu memburu bayangan
Karena langkah yang sudah kutempuh
Dalam ritme hidup yang tak menentu
Kini aku hanya mampu melangkah

Beralaskan kerikil yang menusuk telapak