Jumat, 06 Mei 2016

Ini Hidupku

Dalam perjalanan hidupku
Aku mengenal dua jenis orang disekitarku
Pertama adalah orang yang bersimpati
Benar..... mereka bersimpati padaku
Memberikan perhatian padaku
Memperlakukanku dengan baik

Namun.......
Pada perjalanannya entah kenapa mereka pergi
Aku pun tak tahu
Mungkin karena keegoanku
Karena keras kepalaku
Karena kemanjaanku
Ataukah mungkin karena mereka bosan

Kedua menyiksaku perlahan
Dengan berbagai cara mereka menyiksaku
Mengekangku dengan berbagai aturan
Memberikan berbagai macam perlakuan
Menghina dengan keadaanku
Menertawakan cara hidupku

Seperti yang sudah berlalu
Aku hanya bisa mengikuti semua keinginan mereka
Kedua jenis orang itu pun kuperlakukan sama
Sebut saja diriku pengecut
Sebut saja diriku keras kepala
Sebut saja diriku manja
Tapi beginilah caraku menjalani hidup
Tanpa kemauan tanpa jati diri
Hanya mengikuti kemauan semua orang

Masalah mendera bertubi-tubi
Aku hanya bisa tetap tersenyum
Walau tak tahu kapan ku bisa menikmati hidup
Entah berapa kerasnya aku berusaha mengubah hidup
Hasilnya sama saja

Tidak ada yang berubah satu pun

Dalam Gelap Malam

Temaram pelita berikan terang
Dalam gelap malam tak berbintang
Buaian hembusan sang bayu
Membuai hayal ke alam mimpi

Rembulan bersembunyi dalam gelap
Malu menatap tanah bumi
Gelap selimuti dunia
Kemana kan kucari sinarnya

Tangis sang langit perkasa
Basahi pucuk-pucuk kehidupan
Rangkaian kata tak bermakna
Sungguhkah kebencian dalam hati

Merangkai hari dalam kesepian
Langkah kaki tak lagi menendang
Terseok dalam topeng semangat
Lantunkan senandung kerinduan

Kemana takdir kan membawa
Terpejam mata tengadahkan tangan
Tunjukkan kuasamu
Satu permintaanku penuhilah

Bila bukan takdirku
Hilangkan semua dari hati dan jiwa
Musnahkan semua kenangan yang melekat dalam pikiran
Bila nanti jodohku
Kuatkan hati dan jiwa ini
Tegarkan tubuh yang rapuh ini

Hingga waktunya bersama 

Jeruk Hangat

Setelah perjalanan melelahkan hari ini
Menapaki gunung tertinggi
Diterpa rintik hujan
Menikmati hayal dalam kesepian
Kudendangkan lagu pertama kali berjumpa

Dalam perjalanan kembali pulang
Sayup-sayup kudengar suaramu
Kabarkan dunia pada semua
Kunikamati suaramu
Sebagai syukur atas nafasku hari ini

Lelahku terbayar sudah
Ketika suaramu kembali hiasi udara
Kunikmati sendiri tanpa teman
Karena aku hanya ingin mendengar
Suara yang kurindukan

Sengau.....
Ya... seperti tak biasa suaramu
Mungkinkah sakit?
Pilekmu kumat lagi kah?
Mudah-mudahan telingaku yang salah
Tapi itu yang kudengar

Andai bisa kumenghampirimu
Kan kubawakan jeruk hangat
Tuk sekedar melegakan tenggorokanmu
Hanya doa yang kupanjatkan
Berikan dia kesehatan
Berikan dia keberuntungan
Berikan dia rejeki

Jagalah dia untukku

Berusaha Menjadi Anak Baik

Entah kenapa ini muncul lagi
Di pagi yang cerah dan dingin
Hal yang tak boleh keluar lagi
Yang tak boleh nampak lagi
Sesuatu yang harusnya tetap terkubur dalam

Sejak sang mentari muncul ke permukaan
Aku terpaku dalam diam
Mengenang kebersamaan kita
Yang terasa sangat indah
Menyemangati hari-hariku bersamamu

Kudengar kembali suaramu
Berulang-ulang kudengar
Pesanmu dengan nada yang tinggi
Berusaha yakinkanku tentang semua
Bahwa ada jurang pemisah yang terlalu lebar
Sehingga kita tak bisa bersama

Layaknya sebuah bayangan
Yang cuma bisa mengikuti dalam diam
Menikmati pesonamu dalam gelap
Memperhatikan langkahmu dalam diam
Tanpa bisa menyentuhmu dengan leluasa

Bakat alam yang ada dalam diriku
Entah harus kumaknai apa
Anugrah atau sebuah kutukan
Berkat atau musibah
Kunikmati sendiri
Biar waktu yang memutuskan

Baik-baik disana ya....
Itu kata terakhirmu
Yang selalu kudengar berkali-kali
Ya.... entah kenapa jadi begini
Kubiarkan hanya aku yang rasakan

Semoga itu juga berlaku untukmu
Walau tak memiliki
Aku ingin kamu bahagia disana
Entah akan memiliki kesempatan atau tidak
Misteri ini menjadi panjang
Aku kan berusaha menjadi “anak baik”