Kamis, 01 September 2016

Ketika Malam Tiba

Malam mulai memaparkan bintang
Gemerlap langit indah menawan
Sedikit terpuaskan hati ini
Sore tadi kupuaskan bersama suaramu
Redakan rinduku bersama lagu pilihanmu

Menatap langit yang menghitam
Kulukis wajahmu di atas sana
Walau ku tak tahu kini kau dimana
Lalui harimu menjemput lelah
Sebelum terlelap dirimu dalam tidur

Kusandarkan asaku pada sepoi angin
Berharap terdengar oleh hati mu
Walau selalu menjauh dariku
Menghindar dari pandanganku
Bersembunyi dalam tabir-tabir mega

Rindu yang tak terbalas ini
Mungkinkah juga tersemat dalam hatimu
Ada rasa ingin bertemu
Memadu kasih cerita lama
Berdua lalui jalan kembar yang panjang

Hanya harapku mungkin mimpiku
Lalui hari bersamamu
Habiskan waktu hingga akhir bersamamu
Yang terlewatkan dalam jalanku
Kulalui karena kebodohan dan ketakutanku

Maka sebelum lelah menidurkanku
Kupanjatkan doaku untukmu
Semoga bahagia bersamamu
Damai menyertaimu
Kesuksesan dapat kau raih

Tetaplah tersenyum aku kan menikmatinya

Senandung Langkahku

Langkah itu seperti jalan waktu
Dia mengalir ikuti irama semesta
Meninggalkan jejak kenangan pada bumi
Kadang sakit mungkin bahagia
Tak pernah bisa kan mengulangi yang sama

Sang bijak berkata
Manusia lahir tlah berbekal garis tangan
Senang, duka, sedih, dan kematian
Mana yang akan kita rasakan
Apa yang kita alami
Semua mungkin sudah saatnya
Terkadang hanya terjadi begitu saja
Karena dari empat bekal hanya satu yang membuat nyaman

Namun semua yang terjadi
Nyaman ataupun tidak yang terjadi
Semua karena langkah yang tlah ditempuh
Terkadang pilihan yang dijalani
Bukanlah lahir dari kata hati
Namun karena situasi dan keadaan

Semua langkah yang ditempuh
Harus diselesaikan dengan lapang dada
Karena di kemudian hari baru akan terasa di hati
Ketika hati tidak sabar
Saat jiwa penakut menjadi halangan
Mungkin sesal kan ada di kemudian hari
Karena langkah tak mungkin di ulang

Sekuat apa pun memperbaiki
Hanya akan menimbulkan noda di hati
Ganjalan akan tetap terasa dalam jiwa
Maka linangan air mata pun tak berguna

Sesal mungkin menjadi jawaban
Namun tak kan merubah dunia yang telah terbentuk
Hanya melangkah terus tanpa menyerah
Walaupun kadang hanya kewajiban
Tanpa rasa hati yang menyertai

Teriakan kerinduan yang bergema
Seperti nyanyian di atas puncak gunung tinggi
Sekuat tenaga berteriak
Tak kan terdengar oleh telinga di bawah sana

Berharap kedamaian kan datang segera
Harapan yang masih tersimpan di hati
Kenangan yang menyiksa diri
Maka aku pun tetap begini
Menerima apa yang tlah terjadi
Bagai bumi menerima terik mentari
Dingin oleh air hujan
Maka inilah yang aku terima

Atas semua jejak langkahku bertahun lamanya

Ketika Fajar Tiba

Fajar tiba dengan cepatnya
Ketika malam yang tak cukup panjang
Letih terasa menahan langkah
Terbaring lemas dalam hangat pembaringan
Berharap lebih lama seperti ini
Tanpa harus menatap langit
Memandang matahari yang menyakitkan
Merindu yang menimbulkan amarah

Lidah yang kaku tak bersuara
Menyepi dalam ruang yang dingin
Menjaga tubuh demi sebuah janji
Harapan yang kupendam dalam
Mimpi atau nyata biarkan waktu yang berlalu

Suara alam dan burung mulai mengganggu
Memekakan telinga yang semakin tipis
Mencoba meraih semangat di awan
Demi kewajiban yang tlah tertulis

Biarlah nanti kuhadapi semua
Walau harus memasang topeng yang kubenci
Melangkan tanpa kehendak hati
Hanya untuk membuatmu nyaman
Terbitkan bahagia dalam hatimu

Melangkahlah tanpa ragu
Lakukan hal yang terpenting dalam hidupmu
Perjuangkan masa depanmu yang indah
Ikuti kata hatimu dengan tenang
Aku hanya akan mengawasimu

Seperti sebuah pertandingan
Pada sebuah sudut yang tersedia
Aku kini bulatkan tekadku
Untuk mengawasimu dari bangku penonton
Jadi sampai dan andai harapanku terwujud
Aku hanya akan mengawasimu

Menjaga tanpa menyentuhmu