Senin, 15 Agustus 2016

Hanya Cerita

Angin kerinduan itu mulai tak bersahabat
Tubuh-tubuh yang lelah menanti kini menggigil
Terpaku pada lembutnya kasur pengharapan
Berselimut mimpi kan bersama kembali
Dalam untaian pelukan hangat

Langkah menjauh tak berarti melupakan
Bukanlah cara tuk menghindar
Tanpa melupakan janji yang tlah terucap
Acuhkan gadis impian di hati menyakitkan
Tuk melindungi agar terjaga

Ku rindukan dirimu dalam dingin malam
Berharap hangatnya sayangmu kembali
Namun esok tak kan menentu
Melepaskan bukan merelakan
Janjiku di belakang dalam bayangan

Lembar demi lembar curahan hati
Terlahir dalam rindu yang memuncak
Lantukan lagu kapan menemani lagi
Yang menghiasi tiap pergantian waktu
Kupersembahkan hanya untukmu

Kapankah lagi?
Mungkinkah lagi?
Semua cerita yang kita buat bersama
Dalam rangkaian drama yang tak berujung

Berharap mimpi kan bertemu?

Yahhhh beginilah

Uhhh..... apa yang di dada ini
Bergetar dan terus bergemuruh
Tanganku, kakiku, tubuhku
Tak berhenti bergerak
Tak dapat kukendalikan

Nafasku tersengal
Kutahan setiap tarikan nafasku
Agar tak terdengar memburu
Laju pesawat terbang pun kan kalah
Bila kuhembuskan nafas ini

Ahhh.... ada-ada saja
Seperti anak kemarin sore
Yang baru pertama kali mengenal cinta
Seperti cinta monyet yang tak terkendali
Sebuah cerita yang tak terlupakan

Hari ini di hari ini
Kurasakan hangat tubuhmu dekat denganku
Rasanya ingin terus berada di dekatmu
Entah seperti apa perasaanmu
Biasakah?
Berdebarkah?
Atau hanya seperti angin yang berlalu

Andai bisa terulang masa indah itu
Mungkin tak kan seperti ini
Aku yang tak sanggup menatap matamu
Kusimpan rasa ini di hati
Dalam diam dan diam
Hmmmm mungkinkah itu terulang

Ya sudahlah..............

Bunga Gumitir

Bunga gumitir bermekaran
Diterpa angin bergoyang ikuti irama
Ribuan helainya berkumpul rapi
Berpola indah memenuhi kuntum
Kubelai kurasakan lembutnya

Kesendirianku bermain helainya
Antarkan konyolnya ego tuaku
Menusuk, membelah, merajam jiwa
Dalam bahasa derita yang kupahami sendiri
Kelaki-lakianku pun seolah redup

Aku yang tlah terikat jalinan
Kuat tak sanggup tuk berkilah
Terdiam terpaku membisu jalani waktu
Menghitung detik demi detik yang berlalu
Terbayang gadisku yang memadu kasih
Dengan seseorang yang kini mengikatnya
Atau mungkin yang menggetarkan dadanya
Yang tak sanggup ku merayunya

Kupejamkan mata yang tak mau menutup
Bermain pada kata-kata bijak
Harus terjawab dengan tergas dan lantang
Sampai kapan akan bermain pada gelap hutan terlarang

Ahhhhh...... kemana kakiku kan melangkah
Tetes air mata yang tak kunjung reda
Sudah purna kah semua ini
Cinta yang telewati dan terpendam
Kini hanya bersandar pada sang waktu
Biarkan dia menjawab segala tanya di hati



Alasanku bersembunyi darimu

Aku bersembunyi dari mu
Karena aku tak ingin kamu melihat tubuh keringku
Seperti ranting cemara yang berjatuhan
Segera terbakar oleh percikan api
Patah oleh tiupan angin

Aku bersembunyi darimu
Karena aku tak ingin kamu melihat pria lemah
Keperkasaan yang dibanggakan melayang tertiup angin
Melemah seperti anjing rabies
Menangis seperti pengecut di medan perang

Aku bersembunyi darimu
Karena aku gagal menjadi tegar
Menjadi pria yang kini mengenakan topeng
Bersembunyi dalam kemunafikan
Menjadi pemain dalam sandiwara besar

Aku bersembunyi darimu
Karena aku hanya mampu melihatmu dari jauh
Cukup jauh dari pandangan kilatmu
Walau kutahu kau tak kan perhatikanku
Memperdulikanku pun hanya hayalan

Aku bersembunyi darimu
Karena aku tak mampu kendalikan debaran dada
Seperti dulu yang kusembunyikan darimu
Saat semua  tak pernah terungkap
Kala semua hanya kusimpan sendiri

Aku bersembunyi darimu
Tapi aku selalu perhatikanmu
Menjagamu dalam sepiku
Menikmati suara dan gerakmu

Merindukanmu dalam kesendirianku

Hujan Malam ini

Hujan malam ini
Basahi seluruh tubuhku
Basahi kepalaku
Hingga tak satu pun sudut tubuhku kering
Dingin pun menjalar ke seluruh tubuhku

Entah aku harus bahagia atau tidak
Pada tiap tetes hujan yang mengalir
Harus berterima kasih atau membenci
Pada basah tubuh yang dinginkan hati
Gembira atau kesal
Pada derasnya air yang mengurangi tugasku malam ini

Entah ..... apa pun yang kurasa
Aku bersyukur pada turunnya hujan malam ini
Setidaknya dia sembunyikan pria lemah
Samarkan seorang pengecut
Pecundang yang bersembunyi pada sikap kasar

Hujan yang dingin ini
Kuharap kan menikmatinya kembali
Berdua denganmu hanya denganmu
Memegang erat tanganmu
Mengecup keningmu
Dan memeluk tubuhmu

Kubiarkan ini menjadi hayalku
Kan ku tanam dalam
Hingga tak seorang pun tau

Mungkinkah kita bersama