Hei ini aku penyu........
Hari ini aku akan
bercerita tentang hari dimana aku pertama kali melihat dan memandang si
Shampoo, yang kini seakan memusuhiku. Bahkan dalam mimpi ku pun, ketika aku
melepasnya jika kami tidak berjodoh aku hanya ingin tetap bersahabat dengannya,
tetap berbagi cerita dengannya, karena dia orang kedua yang benar-benar mau
mendengar ceritaku tanpa memandang diri ini sebelah mata.
Aku tulis cerita ini di
tempat yang jauh darinya, bahkan mungkin lebih baik seperti ini, untuk
membuatnya nyaman bekerja. Aku tidak ingin membebaninya lagi dengan masalah. Aku
tidak ingin ada air mata mengalir lagi di pipinya. Aku ingin dia bahagia.
Aku mulai
ceritanya..............................
Di tempat bekerjaku yang
dulu. Kira-kira enam tahun dari tempatku bekerja sekarang. Ditunjuk sebagai
wakil lomba ke tingkat Propinsi.
Saking bersemangatnya
orang-orang di tempatku bekerja, kami mempersiapkannya siang dan malam, walau
dengan berbagai keterbatasan yang kami punyai.
Malam hari pun kami tetap bekerja.
Kala itu ada kebiasaan makan bersama
untuk sekedar menghibur diri dan melepaskan lelah. Dan hari itu seperti biasa
ikan laut kami bakar untuk bahan makan malam.
Aku dan seorang teman
bertugas membakarnya. Karena kami merasa kesepian aku coba memutar lagi di handphone, namun
ternyata temanku tidak menyukainya. “Ah jangan lagu itu pak” katanya...... aku
sempat terdiam, karena biasanya temanku itu selalu tidak protes dengan
lagu-lagu yang kuputar.
“ya sudah... di HP mu ada
lagu bagus ga? Putarlah....” jawabku sekenanya.
Dia mengambil HP nya
dengan sigap. Lalu setelah memilih salah satu lagu dia bilang pada saya “dengar
baik-baik pak, lagu ini akan memberikan inspirasi dan kenangan buat bapak”
Aku hanya diam, tapi dalam
benakku kukatakan “lagu apa seh, sehebat apa lagu itu” tapi untuk menghargai
perasaannya aku jawab “okelah putar agak keras ya......”
Lagu itu pun diputar......
awalnya aku tidak terlalu mendengarkan dan memperhatikan liriknya, namun
setelah lirik “...............semua yang kuucap dan kudengar aku buat dari doa”
aku sempat merenung, memikirkan arti lirik itu. dan anehnya ada getaran di dada
yang mendorong aku meminta lagu itu untuk di tranfer ke HP ku.
“minta lagunya ya....
tranfer ya” kataku pada teman.
“tuh kan bapak suka”
katanya meledek.
Aku hanya diam, lalu dia
mengirimkan file lagu itu padaku.
Entah kenapa lirik lagu
itu terus terngiang di telingaku, yang akhirnya mendorongku untuk menghapal
lagu itu. bahkan saat sembahyang pun aku mencoba menghapal liriknya.
Hingga esok harinya pada
saat lomba dimulai aku pun asik menghapal lirik lagu itu. dan tiba-tiba saja...
“braakkkkk” suara pintu mobil tua menghentak lamunanku. Ternyata kenalan lamaku
turun dari mobil, aku bergegas menyapanya.
“eh kamu yang tugas ya...
sama siapa?” tanyaku
“tuh sama cewek cantik”
candanya
Aku melirik ke arah mobil
tua itu, dan dadaku langsung berdegup kencang. Sudah terduga kan... ya dia yang
kupanggil Shampoo turun dari mobil.
Dengan senyum akuhnya yang
tinggi, dia turun dari mobil. Ada kekesalan terpancar dari mukanya. Aku hanya
terdiam, setelah mempersilakan temanku untuk mengatur acara, aku mencoba
memandangi si Shampoo. “hmmm anak ini kenapa marah-marah” tanyaku pada diri
sendiri.
Dia langsung menuju
tempatnya bertugas. Aku mencoba menyapanya, tapi wajah sinisnya membuat aku
mengurungkan niat. Setelah dia duduk aku mencoba mengawali pembicaraan. “oh ya,
susunan acaranya sudah benar kan? Tanyaku.
Dengan nada tinggi dia
menjawab “mana susunan acaranya, saya belum terima”
Aku terdiam.... aku
mengalah.... lalu kupanggil temanku untuk mengambilkan dan menyerahkan padanya.
Dia membaca dengan seksama dan dengan cepat tangannya menulis pada lembar
kertas.
“tolong ambilkan snack
untuk dia” kataku pada teman kerjaku
“ya pak” jawabnya lalu
dengan cepat menyerahkan pada si Shampoo
“Makasi, taruh saja disana”
jawabnya dengan masih agak ketus.
Acara pun dimulai, karena
undangan tertinggi sudah datang. Selama acara berlangsung aku terus
memperhatikannya dan tampaknya aku benar-benar tertarik padanya.
Selama bertahun-tahun aku
selalu memperhatikannya setiap ada acara, tanpa ada satu kata terucap
kepadanya. Tiap kali bertemu aku tak sanggup memandangnya.
Tau alasannya kan.....
kalau belum tau baca tuh di cerita sebelumnya pada tag “ceritaku tanpamu”
Sampai hari ini seperti di
awal ceritaku. kami seperti bermusuhan, tanpa sapa, tanpa senyum, haram untuk
memandang. Mungkin kekesalannya pada diriku terlalu dalam ataukah ada alasan
yang lain. Biarlah seperti ini. Aku menunggu maaf nya. Sampai kapan pun aku
menunggu dia bercerita kenapa jadi seperti ini.
Maafkan aku shampoo.

