Minggu, 24 April 2016

Merindukanmu

Aku masih disini
Setia pada tulisan-tulisanku
Merangkai kata untukmu
Karena aku merindukanmu

Sungguh aku sangat mernindukanmu
Dari relung hatiku kuucapkan
Kusampaikan pada ruang kosong
Pada meja dan kursi yang ada
Berharap kau mendengarnya

Aku tetap bertahan
Sampaikan semua rasa di dada
Harapanku pun masih kusimpan
Walau kupendam dalam sumur terdalam

Bila hujan turun nanti
Ku tetap ingin bermain air
Menikmati tiap tetes hujan
Membasuh kerinduan dalam jiwa

Mungkinkah kita bertemu
Mungkinkah kita saling memeluk erat
Seperti kenangan yang tercipta
Tergores dalam ingatanku

Aku menyayangimu
Dalam hati dan jiwaku
Tak pernah kuberbohong
Tak pernah aku berdusta
Sungguh rasa itu yang kurasakan

Bukan karena pelukan
Bukan karena ciuman
Bulan karena sentuhan
Bukan karena hasrat
Ini cerminan hati dan jiwa
Yang tak kuasa aku tahan


Aku mencintaimu

Barisan Kata yang Kacau

Pikiran itu seperti sebuah biola
Senarnya yang banyak membentang
Memberikan alunan merdu pada musik
Tetapi bila tidak pada tempatnya
Musik akan menjadi kacau
Demikian pula pikiran tidak akan berfungsi baik
Bila semua dawai tidak tersusun rapi

Rasa sakit ini bagai jeratan tali di dada
Kuterima dan kunikmati dari hari ke hari
Aku tidak akan membenci rasa sakit ini
Karena akan membuat rasa ini semakin kuat
Semakin kuat tuk harapanku nanti
Jika Tuhan mengijinkan

Aku mencoba tidak berbohong pada janji
Aku kan mencoba tepati semua janji
Lari dari masalah yang ada
Akan memperburuk situasi
Melahirkan amarah berkepanjangan

Jangan salahkan gunung
Hilangkan kemarahan di hati
Maka kesulitan akan teratasi
Jika tidak seperti itu
Maka jalan keluar tidak akan terlihat

Bila khayalan semakin hilang
Semakin terlupakan
Melupakan semua saat-saat itu
Maka mungkinkah masih menunggu?

Melupakan apa yang harus dilupakan
Yang tak mungkin aku lupakan
Menghapus apa yang harus di hapus
Yang tak bisa aku hapus

Seperti kaca benggala
Yang memberikanku bayangan
Mengingatkanku pada kenangan
Berbalik pun percuma
Menatap pun semakin menderita

Entah apa sekarang
Apa yang kurasakan
Semuanya hampa
Kosong tanpa makna

Ingin marah pada siapa
Ingin kesal siapa bertanya
Batin tersiksa terdiam diri

Maka kertas dan pena menjadi teman