Kamis, 20 Oktober 2016

Langit dan Bumi

Langit tak akan pernah membenci bumi
Walau langit marah sambarkan petir
Timbulkan hebatnya badai hujan
Kadang meratakan tanah dan pepohonan
Hanya tuk buktikan dirinya ada
Bukan tuk tunjukkan kesombongan
Namun tuk berikan kehidupan baru
Menyegarkan bumi dari panasnya terik mentari
Mengisikan perut bumi dengan air
Hingga guncangan mereda guncangan gempa
Menghidupi pepohonan di atas bumi

Walau bumi tak kan pernah sanggup menggapai langit
Langit tak kan sanggup menyentuh bumi
Walau hanya bertemu dalam batas cakrawala
Bertemu namun terpisah
Setidaknya meredakan semua dahaga kerinduan

Mungkin kita akan menjadi langit dan bumi
Tak kan pernah bertemu
Bertemu pun hanya fatamorgana
Namun aku tak kan pernah sanggup membencimu
Walau perih, sakit, marah melanda jiwa

Dalam nyata dan mimpi aku tetap mendambamu
Tak kan pernah kan menyakitimu
Tak kan sanggup membencimu
Karena kamu yang membuatku bertahan
Tetap tegak dalam terpaan badai

Dalam hati aku merindumu 

Singa

Singa itu mengaum
Selalu akan mengaum
Tetap akan mengaum
Selamanya akan tetap mengaum

Hanya fatamorgana dalam relung panas
Keterbatasan akan pengelihatan dalam bayangan
Dalam semu derita nestafa fana kehidupan
Hingga butakan mata yang tak sanggup menatap

Singa mungkin kini terlihat sebagai buaya
Merayap dalam lumpur dosa
Berenang dalam rawa-rawa kotor
Mematung menganga bagai tak berdaya
Menunggu mangsa yang kelengahan

Namun singa tetaplah singa
Mungkin tertidur
Mungkin karena kelelahan
Menahan panas terik kehidupan
Nelangsa dalam padang rumput gersang
Tapi singa akan selalu awas
Tetap siaga dalam badai sekalipun

Mungkin kini kamu membenci singa
Matamu muak memandang kesombongannya
Telingamu benci mendengar aumannya
Kadang meludah mendengarnya
Yang terlalu banyak mengaum
Tanpa arti tanpa makna

Tapi singa akan tetap singa
Kokoh terus menepati janji
Dalam relung hati yang terdalam

Hingga panas menghapus semua daging tubuhnya