Rabu, 27 Juli 2016

Pria Perkasa

Tabir mega selimuti rembulan
Meredupkan lebut cahaya
Bersama hembusan angin dingin
Sempurnalah malam yang gelap

Tubuh yang lelah
Bercururan peluh kerinduan
Menanti fajar kan datang kembali
Membawa hangat memeluk bumi

Terjatuh dalam lamunan
Terusik pada kenangan manis
Histori kehidupan yang terindah
Berbaris rapi dalam pelupuk mata

Dalam pelukanmu aku berjanji
Kuat, perkasa, sempurna raga
Menjaga diri agar tak rapuh
Tak ternodai oleh racun dan luka
Hingga bila keajaiban itu datang
Sempurnalah pertemuan dua hati

Harapan itu kusimpan rapi
Tertata dalam almari impian
Kujaga janji erat-erat
Kulakukan dari hati
Tanpa paksa tanpa ragu
Karena aku mencintaimu


Miss U

Poo sayang.....
Kamu lagi apa sekarang? Lagi ngapain neh?

Oh ya? Kamu tau ga? Waktu sampai di kantor tadi siang, karena harus ngantar teman-teman ke kantor, aku liat motormu. Ya.... aku hafal plat nomor kendaraanmu. Jadi aku tau kamu ada di sana.
Jujur pengen sekali rasanya naik ke ruangan, tapi karena benar-benar gugup, aku membatalkan niatku tadi. Lama aku pandangi motormu.

Masih teringat kala terakhir aku keluarkan motormu dari parkiran. Walapun Cuma sampai depan pintu gerbangmu.
Oh ya sayang, ngapain tadi ke kantornya? Lembur apa? Jadi karena penasaran, aku telpon si tinggi kurus yang mulai gemuk itu.

Ya... alasan aku aja seh nanyain dia di kantor, lembur apa? Padahal yang aku maksud adalah kamu. Ya kamu.....

Aku kangen kamu sayang, benar-benar kangen saat ini. Sungguh sayang. Sungguh.....

Tapi kamu masih baca blog ini ga ya?

Eh ya sayang.... sepertinya latihan pembentukan badanku mulai berhasil neh..... otot perutku dan lenganku sudah mulai terbentuk. Ya... untuk membentuk tubuh yang sempurna seperti janjiku hari itu

Met malam sayang.... eh ya lupa.... ke tempat orang tuamu kerja malam ini? Ya udah... habis itu istirahat ya.... miss u


Bunga

Apa yang aku inginkan seperti sekuntum bunga
Ya... persis seperti sekumtum bunga di taman indah
Pesonanya memikat kumbang-kumbang yang berterbangan
Mewangi mewarnai indahnya sinar mentari
Menghiasi dunia dengan indah kelopaknya

Bunga yang indah sungguh indah
Hingga tangan ingin memetik tangkainya
Menggapainya walau perdu belukar merintangi
Memilikinya agar tak yang lain mengambilnya
Membawanya pulang menjadi penghias rumahku

Namun hati ku berbicara lantang
Menjadi perdebatan sengit logika dan perasaan
Dilema jiwa yang berkepanjangan
Perang batin yang tak terelakkan
Sebuah tanya yang tak terjawab sendiri
Permasalahan yang tak kan selesai dengan tangan sendiri

Bila nanti ku bawa pulang
Akankah tetap mekar mewangi?
Akankah tetap tumbuh subur?
Tidakkah akan menjadi bunga yang layu?
Kurus mengering hingga hilang keindahan?
Bahkan bila kujadikan bucket bunga sekali pun

Bunga yang indah
Akan selalu membutuhkan matahari
Akan selalu membutuhkan air
Akan selalu membutuhkan tanah dan pupuk
Yang cukup dan sepantasnya
Bila berlebih atau kekurangan .................
Tidak akan dapat tumbuh dengan baik

Bahkan setelah sekian lama merawatnya
Harus tetap memberi dilema
Membuat pilihan yang harus diambil
Haruskah aku memetiknya
Memotongnya dan memisahkan dari tangkainya
Walau tuk hasilkan yang lebih bagus
Ataukah aku harus hanya menikmatinya
Membiarkannya tumbuh subur secara alami

Konyol memang terasa
Lucu memang terdengar
Tapi begitulah bunga
Sulit bagi perasaan ini
Menjadi beban dan perih di hati
Aku kan melakukan yang terbaik bagimu

Selamat Pagi

Selamat pagi Poo Sayang.......
Sudah bangun belum? Kayaknya udah ya, kan mau melasti?
Oh ya, saya pagi ini ke Denpasa, ntar jam 6 sudah berangkat.

Met melasti ya.........
Jangan lupa bawa sarana muspa ntar, bawa juga air minum.
Oh ya... sebelum berangkat ingat sarapan dulu ya, biar kuat jalannya. Jangan bawa motor melastinya ya.

Saya sebenarnya malam ini mimpikan kamu lagi sayang. Iya ... mimpikan kamu. Ceritanya Cuma duduk-duduk gitu, bagi-bagi makanan entah apa, pokoknya berdua gitu di suatu tempat.


Ya sudah dulu ya, mau bilang gitu aja. Mau mandi persiapan dulu.  CU sayang. Mmmmuuuuaaahhh love you