Jumat, 23 September 2016

Hujan Hari Ini

Hujan teduhkan bumi dari panas berhari-hari
Ceriakan pepohonan dengan sentuhannya
Berikan angin segar setelah gerah mentari
Mengisi perut bumi yang terus mengering
Kurasa semua makhluk menikmatinya

Kusambut hujan hari ini
Kunikmati tiap tetesnya di tubuhku
Menghapus jejak air mata
Membasuh semua panas di kepala
Samarkan getaran tubuhku yang merindu

Kupuaskan tubuhku dengan rasa dingin
Kulepaskan semua ingatan bersama aliran hujan
Mengenang semua kenangan
Menikmati ingatan kala hujan membasahi tubuh kita
Kenangan tang tak mungkin aku lupakan

Bersama hujan kutemukan rindu
Ketika hujan samarkan rinduku
Saat hujan lemahkan derita hatiku
Bersama hujan kunikmati kenangan
Kala hujan kuingin bersamamu

Hujan hari ini
Kunikmati bersama kenangan itu
Berdua di tebing tinggi
Haturkan sembah bhakti pada Nya
Lalui jalan bersama tetesnya

Dengan turunnya hujan hari ini
Kukabarkan rinduku
Dengarlah bersama rintiknya
Rasakan bersama dinginnya

Maka pahamilah bersama hujan

Pagi Menjelang Siang

Heii Poo.........
Selamat pagi menuju siang.........
Seperti biasa acuhmu menyapaku
Mataku berusaha mengambil gambarmu
Telingaku berusaha merekam suaramu
Hanya bayangmu tergambar dalam lirik
Kumampatkan dalam ingatanku
Hingga kubawa ke alam mimpi

Pusaran ingatan dalam lautan mimpi
Kunikmati sebagai hukuman
Atas semua perjalanan yang tergesa-gesa
Atas semua nafsu yang mengalahkan logika
Bagi pengecut yang tak berani tampil
Hingga bukan penyesalan tercipta
Tapi pengharapan yang terpendam
Menanti waktu yang menjawab

Hei Poo......
Bila tidak keberatan
Jangan ikat rambutmu ya.........
Biarkan tergerai dengan indah
Ku tahu panas menyengat kala ini
Melemahkan semangat tuk lalui hari
Tapi wajahmu terlihat indah
Lebih segar dan manis
Bila gerai rambutmu menghiasi
Menjadi mahkota yang indah

Selamat pagi Poo.........
Semoga indah harimu
Semoga lancar perjalananmu
Biarkan aku tetap menikmatimu

Walau dalam kejauhan dan semua acuhku

Misteri

Ada banyak misteri di dunia ini
Berjuta tanya termuat di dalamnya
Ratusan bahkan ribuan curiga bermunculan
Terkadang hanya muncul tanpa terungkapkan
Terpendam dalam diam

Mencoba mencari makna
Bertingkah sok jagoan
Berucap tanpa terarah
Berjalan bagai preman pasar
Hanya mengiris hati
Membentuk penyesalan
Menutupi semua jengah di dada

Satu kata yang buatku melemah
“kamu” semua karena kamu
Aku terpapar panasnya mentari
Melemah dalam pelukan bumi
Saat inginkan dirimu saat ini

Kamu yang mampu meredakan emosiku
Meneduhkan amarahku
Memberi makna dalam diamku
Menenangkan pemberontakan di dadaku

Mungkin nanti
Suatu saat nanti
Bila saatnya tiba
Mungkin itu kan terwujud nyata
Ya... mungkin nanti

Atau mungkinkah?