Kamis, 21 Juli 2016

Aku dan Kamu

Bagimu..................
Mungkin kelopak bunga tlah jauh tertiup angin
Debu-debu tlah hilang terbasahi angin
Hangatnya pagi tlah berganti teriknya siang
Deras hujan turun tlah berhenti
Hingga langkah mu tak terhalang
Gurat senyummu pun merekah

Namun.......
Aku tak sanggup
Kini aku hanya merasa lelah
Sungguh lelah hadapi
Pahitnya dunia terlalu melekat di tenggorokan
Perih pasir masih menyiksa bola mataku

aku menyerah
sungguh menyerah dengan semua ini
bosan dan bosan
hadapi semua fatamorgana

aku berlari kencang mengejar
bayang itu terus menjauh dan menjauh
hanya hamparan pasir kering kutemui

aku terus melangkah maju
berharap meneguk segarnya oase
berteduh pada rimbunnya pepohonan
hanya kekeringan yang kudapat

bayang air itu terus melaju
menjauh dan terus menjauh
tanpa nyata terpapar di mata

Menjadi Manusia Biasa

Heiii.....kamu ke sana ga tadi malam, ke tempat bantu orang  tuamu itu?

Maaf ya......... tadi malam kamu mungkin kehujanan disana. Sekali lagi maaf, aku tidak berbuat apa-apa tadi malam.

aku tidak berbuat apa-apa tadi malam, karena mulai 2 (dua) hari yang lalu aku hanya ingin menjadi orang biasa saja. Aku tidak mau lagi berurusan dengan dunia itu.

Rasanya lebih baik menyerah saja, biarkan saja semua. Aku sangat putus asa. Sedemikian besar pengabdianku selama ini, ternyata masih saja aku menemui hal seperti ini.

Entahlah aku hanya merasa lelah dan lelah.
Tadi malam aku pura-pura tertidur, hanya berdiam diri di kamar. Namun air mataku terus mengalir. Ingin sekali aku membantu kamu, namun aku tidak berbuat apa-apa karena aku benar-benar inginkan lepas semua.

Biarlah aku menjadi manusia biasa, aku menyerah. Toh ... permohonanku juga hanya seperti ini kutemui. Biarlah aku terima hukuman apa pun nanti. Aku akan menantikan hukuman itu secepatnya.

Namun aku akan selalu doakan kesuksesanmu, keberhasilanmu, kebahagiaanmu sayang..................


Aku mencintai dan menyayangimu.

Entahlah..............

Termenung sendiri dalam  ruang sepi
Terbaring jiwaku dalam padang
Hati yang kosong semakin membentuk ruang
Padang sabana yang hijau kini menjadi gurun gersang
Derasnya hujan tak mampu menyuburkan lagi

Bunga-bunga yang bermekaran
Harus semerbak mewangi memenuhi alam
Indahnya menyegarkan mata hati
Hijau dedaunan memberikan kenyamanan jiwa
Kini meranggas, hancur tertinggal batang kering

Mentari fajar yang hantarkan kehangatan
Memberikan semangat baru dari gelapnya malam
Memberi keindahan pada langit pagi
Hapuskan dingin dari dekapan embun-embun keputusasaan
Berganti gerhana yang gelapkan bumi
Menutup mata hati sang pujangga

Terkapar pada pasir-pasir pantai kebingungan
Kaki yang melangkah terjerembab pada ribuan pasir
Melekat kuat seakan tak mau berpisah
Walau tangan sekuat tenaga menghapus bekas
Rasa itu tak pernah menghilang

Menyesali waktu berlalu tak mungkin sudah
Menyesali keadaan tak guna dilakukan
Berbesar hati hanya sebuah topeng
Guna dunia tak berprasangka
Hingga hati dan jiwa ini mengering dalam sepi