Senin, 16 Mei 2016

Terima Kasih dan Ceritaku malam ini

Hei.... malam ini kuceritakan tentang hariku
Eh... sebelumnya terima kasih ya.... kamu sudah memberi kesempatan untuk melihat wajahmu.... terima kasih banyak. Setidaknya mengobati rindu ini. Yahhhh walaupun akhirnya kamu berpaling, tapi cukup bagiku.

Sungguh 3 (tiga) minggu ini kukira sudah bisa melupakanmu,, tetapi ternyata aku belum bisa melupakanmu. Tapi bukan maksudku untuk mengganggumu lagi dengan perasaan ini. Tapi sungguh aku sangat merindukanmu.

Ya sudah segitu aja, mau cerita tentang malam ini. Sebenarnya hari ini adalah jadwalku mengajar, ternyata ibu saya nagis dan ga terima saya masih marahan sama dia. Saya dipanggil ke rumah bapak, dan dikasi banyak ceramah.

Saya mencoba membela diri, tapi ternyata percuma, mereka lebih percaya sama dia. Akhirnya saya menyerah, “ya sudahlah.... saya ga mau bicara lagi..... apa yang dia katakan itulah kebenaran”, kata saya pada kedua orang tua saya.

Hahhhhh ternyata mungkin saya ditakdirkan untuk hidup menikmati sakit dan perih perasaan ini sendiri. Sungguh saya merasa sendiri.

Entahlah....... saya merasa benar-benar sendiri
Orang tua yang saya sayangi, orang tua yang saya turuti selama bertahun-tahun mengatai saya sebagai anak anjing, yang ga tau balas budi.

Bapak saya sampai memukul dada, “buktikan kemampuan alammu, cari saya kalau berani di kuburan” katanya

Saya hanya bisa diam, entah kenapa saya Cuma diam. Yang saya sesali bukan karena mereka marah sama saya, tidak membela saya, tidak mempercayai kata-kata saya, mengatai saya seperti anak anjing. Sungguh saya tidak marah, sungguh saya tidak dendam pada mereka. Cuma yang saya sesali, kenapa saya harus ceritakan perasaan saya pada mereka? Kenapa saya harus mengungkapkan isi hati saya pada mereka?

Saya benar-benar sendiri, saat mengetik tulisan ini, air mata ini tak berhenti mengalir. Rasanya ingin tidur panjang dan tidak bangun lagi, tapi karena kamu mengikat saya dengan janji, dan kuatnya rindu yang saya rasakan padamu. Berharap suatu saat nanti kita bisa bertegur sapa, walau hanya sebagai seorang teman. Saya berusaha bertahan dan bertahan.

Maaf ya......... boleh saya bilang kangen? Ya...... sungguh saya merindukan kamu, sungguh saya sangat berharap bisa bercerita langsung kepadamu.


Ya sudah ya.... segitu dulu cerita saya malam ini. Jemari ini terlalu bergetar hebat hingga tak mampu mengetik lagi. Selamat malam. Saya kangen kamu.......... sampai jumpa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar