Okehhh kali ini kita akan
membahas mengenai otonan. Mengapa kita bahas otonan, karena otonan merupakan
salah satu upacara keagamaan atau yadnya yang penting dilaksanakan pada tatanan
kehidupan masyarakat Bali. Namun dalam pelaksanaaanya banyak masyarakat Bali
yang sering kurang paham mengenai makna otonan itu sendiri.
![]() |
| Foto ini hanya gambar saja tidak bermakna contoh banten ya! |
Baik, kita mulai dari apa
itu otonan?
Otonan merupakan sebuah
peringatan kelahiran menurut perhitungan kalender Bali, mirip dengan Hari Ulang
Tahun pada kalender masehi, yang sering disebut dengan “pawetuan”. Pawetuan sendiri
ditentukan dari perhitungan hari diantaranya Sapta Wara, Panca Wara, Dan Wuku.
Datangnya pawetuan atau
otonan ini setiap 210 (dua ratus sepuluh) hari atau sekitar 6 bulan kalender
Bali, yang banyaknya hari dalam 1 (satu) bulan kalender Bali yakni 35 (tiga
puluh lima) hari. Sehingga dengan konsep ini maka sebenarnya dalam tatanan
masyarakat Bali tidak mengenal ulang tahun, karena hari lahir seseorang
datangnya setiap 6 (enam) bulan sekali.
Setelah ini mari kita
membahas mengenai cara penetapan hari otonan.
Ini sangat penting,
karena seringkali banyak orang Bali salah menentukan hari kelahiran menurut
pawetuan, termasuk saya sendiri hehehehehe. Jika pada kalender masehi
pergantian hari ditandakan dengan jam 00.00 waktu setempat (atau lewat jam 12
malam). Akan tetapi menurut kalender Bali pergantian hari ditandai ketika
matahari terbit, atau ketika para Sulinggih melakukan Puja, yakni sekitar jam 6
pagi. Jadi jangan salah ya, walaupun agan nanti jam 12 malam lewat dikit sama
seperti saya menurut perhitungan masehi agan sudah lahir pada tanggal
berikutnya, tetapi menurut perhitungan pawetuan sebenarnya agan masih berada
pada hari sebelumnya. Jadi otonan agan dihitung pada hari tersebut. Otonan pertama
kali dilaksanakan ketika manusia berumur 105 hari (6 x 35 hari).
Banten otonan
Pada tulisan ini saya
hanya menyampaikan banten otonan yang paling sederhana, yakni :
- Byakala atau byakaon
- Peras
- Pengambeyan
- Ajuman atau sodan
- Sayut Lara Meraradan
- Dapetan
Atau bisa juga sebagai berikut :
- a. Banten Pejati
- b. Banten gebogan alit
- c. Banten pengambean
- d. Banten soda
- e. Banten Peras
- f. Banten Dapetan
Sekali lagi saya hanya
menyampaikan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di keluarga saya, nah kiranya
ada kebiasaan lain di masing-masing keluarga kiranya juga tidak salah karena
dapat dijalankan sesuai dengan desa, kala, patra setempat.
Sampai kapan manusia
otonan?
Nah kalau pertanyaan ini
sebenarnya harus dijawab oleh Sulinggih atau orang yang mendalami ajaran agama.
Namun saya akan mencoba ulas seperti ini. Jika ulang tahun masehi diperingati
seumur hidup, padahal hanya berupa ceremony
saja, maka rasanya tidak ada salahnya manusia melaksanakan upacara otonan
seumur hidup.
![]() |
| ini contoh pelaksanaan ultah hehehehe |
Jika ulang tahun hanya
memperingati hari kelahiran saja, sebenarnya dalam otonan mencakup lebih banyak
dari hal itu karena esensi yadnya dalam Hindu Bali tidak hanya memberi
peringatan akan sesuatu tetapi juga memberi penghormatan kepada dunia beserta
isinya.
Memang berbagai versi
pelaksanaan otonan dalam masyarakat Bali, Pertama ada yang melaksanakan sampai
3 (tiga) oton saja, kedua ada yang melaksanakan sampai upacara menek bajang
atau mungkin metatah. Ketiga, ada yang melaksanakan sampai tua sesuai dengan
kemampuannya. Apa pun itu catatan saya adalah mari kita laksanakan yadnya tanpa
terpaksa, laksanakan dengan tulus ikhlas sehingga hubungan Brahman, Atman, dan Jiwatman
akan dapat berjalan dengan baik dalam kesatuan energi positif untuk dunia
semesta.
Salam PenyuShampoo


Tidak ada komentar:
Posting Komentar