Minggu, 14 Februari 2016

Otonan, Ulang Tahunnya orang bali

Okehhh kali ini kita akan membahas mengenai otonan. Mengapa kita bahas otonan, karena otonan merupakan salah satu upacara keagamaan atau yadnya yang penting dilaksanakan pada tatanan kehidupan masyarakat Bali. Namun dalam pelaksanaaanya banyak masyarakat Bali yang sering kurang paham mengenai makna otonan itu sendiri.

Foto ini hanya gambar saja tidak bermakna contoh banten ya!
Baik, kita mulai dari apa itu otonan?
Otonan merupakan sebuah peringatan kelahiran menurut perhitungan kalender Bali, mirip dengan Hari Ulang Tahun pada kalender masehi, yang sering disebut dengan “pawetuan”. Pawetuan sendiri ditentukan dari perhitungan hari diantaranya Sapta Wara, Panca Wara, Dan Wuku.

Datangnya pawetuan atau otonan ini setiap 210 (dua ratus sepuluh) hari atau sekitar 6 bulan kalender Bali, yang banyaknya hari dalam 1 (satu) bulan kalender Bali yakni 35 (tiga puluh lima) hari. Sehingga dengan konsep ini maka sebenarnya dalam tatanan masyarakat Bali tidak mengenal ulang tahun, karena hari lahir seseorang datangnya setiap 6 (enam) bulan sekali.

Setelah ini mari kita membahas mengenai cara penetapan hari otonan.
Ini sangat penting, karena seringkali banyak orang Bali salah menentukan hari kelahiran menurut pawetuan, termasuk saya sendiri hehehehehe. Jika pada kalender masehi pergantian hari ditandakan dengan jam 00.00 waktu setempat (atau lewat jam 12 malam). Akan tetapi menurut kalender Bali pergantian hari ditandai ketika matahari terbit, atau ketika para Sulinggih melakukan Puja, yakni sekitar jam 6 pagi. Jadi jangan salah ya, walaupun agan nanti jam 12 malam lewat dikit sama seperti saya menurut perhitungan masehi agan sudah lahir pada tanggal berikutnya, tetapi menurut perhitungan pawetuan sebenarnya agan masih berada pada hari sebelumnya. Jadi otonan agan dihitung pada hari tersebut. Otonan pertama kali dilaksanakan ketika manusia berumur 105 hari (6 x 35 hari).

Banten otonan
Pada tulisan ini saya hanya menyampaikan banten otonan yang paling sederhana, yakni :
  1. Byakala atau byakaon
  2. Peras
  3. Pengambeyan
  4. Ajuman atau sodan
  5. Sayut Lara Meraradan
  6. Dapetan


Atau bisa juga sebagai berikut :
  • a.      Banten Pejati
  • b.      Banten gebogan alit
  • c.       Banten pengambean
  • d.      Banten soda
  • e.      Banten Peras
  • f.        Banten Dapetan


Sekali lagi saya hanya menyampaikan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di keluarga saya, nah kiranya ada kebiasaan lain di masing-masing keluarga kiranya juga tidak salah karena dapat dijalankan sesuai dengan desa, kala, patra setempat.

Sampai kapan manusia otonan?
Nah kalau pertanyaan ini sebenarnya harus dijawab oleh Sulinggih atau orang yang mendalami ajaran agama. Namun saya akan mencoba ulas seperti ini. Jika ulang tahun masehi diperingati seumur hidup, padahal hanya berupa ceremony saja, maka rasanya tidak ada salahnya manusia melaksanakan upacara otonan seumur hidup.

ini contoh pelaksanaan ultah hehehehe
Jika ulang tahun hanya memperingati hari kelahiran saja, sebenarnya dalam otonan mencakup lebih banyak dari hal itu karena esensi yadnya dalam Hindu Bali tidak hanya memberi peringatan akan sesuatu tetapi juga memberi penghormatan kepada dunia beserta isinya.


Memang berbagai versi pelaksanaan otonan dalam masyarakat Bali, Pertama ada yang melaksanakan sampai 3 (tiga) oton saja, kedua ada yang melaksanakan sampai upacara menek bajang atau mungkin metatah. Ketiga, ada yang melaksanakan sampai tua sesuai dengan kemampuannya. Apa pun itu catatan saya adalah mari kita laksanakan yadnya tanpa terpaksa, laksanakan dengan tulus ikhlas sehingga hubungan Brahman, Atman, dan Jiwatman akan dapat berjalan dengan baik dalam kesatuan energi positif untuk dunia semesta.

Salam PenyuShampoo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar