Rabu, 23 Maret 2016

Sendiri di Pinggir Pantai

pujangga terdiam di bebatuan
menatap kosong pada laut
berharap baruna memberi jawaban
pada semua akhir jawaban
pada kosong gelap jiwa

gemuruh ombak menghempas bebatuan
tawa canda anak anak bermain air
terus menerpa tanpa lelah
menghempas derita ke pantai
tanyaku "mengapa kau tak adil padaku"



antara wortel, telur, dan kopi
terbayang putri impian
terdengar suara nun jauh
mungkinkah kugapai
sungguh aku tak letih

tak perduli semenanjung mana kan berlabuh
hanya berserah pada baruna
biar hempasan gelombang menerpaku
hapuskan semua rintik hujan
bersama panas yang menerpa

jangan pergi.......
mungkinkah terang ku bertahan
atau kan meninggalkan gelap di hati
jangan pergi.....
mungkinkah bersedia

terbayang jika terjadi
pujangga kan menulis apa
harus bertanya pada siapa
bila malam menjemput
aku kan tak sanggup bermimpi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar