pujangga terdiam di bebatuan
menatap
kosong pada laut
berharap baruna memberi jawaban
pada semua akhir jawaban
pada kosong gelap jiwa
gemuruh ombak menghempas bebatuan
tawa canda anak anak bermain air
terus menerpa tanpa lelah
menghempas derita ke pantai
tanyaku "mengapa kau tak adil padaku"
berharap baruna memberi jawaban
pada semua akhir jawaban
pada kosong gelap jiwa
gemuruh ombak menghempas bebatuan
tawa canda anak anak bermain air
terus menerpa tanpa lelah
menghempas derita ke pantai
tanyaku "mengapa kau tak adil padaku"
antara
wortel, telur, dan kopi
terbayang putri impian
terdengar suara nun jauh
mungkinkah kugapai
sungguh aku tak letih
tak perduli semenanjung mana kan berlabuh
hanya berserah pada baruna
biar hempasan gelombang menerpaku
hapuskan semua rintik hujan
bersama panas yang menerpa
jangan pergi.......
mungkinkah terang ku bertahan
atau kan meninggalkan gelap di hati
jangan pergi.....
mungkinkah bersedia
terbayang jika terjadi
pujangga kan menulis apa
harus bertanya pada siapa
bila malam menjemput
aku kan tak sanggup bermimpi
terbayang putri impian
terdengar suara nun jauh
mungkinkah kugapai
sungguh aku tak letih
tak perduli semenanjung mana kan berlabuh
hanya berserah pada baruna
biar hempasan gelombang menerpaku
hapuskan semua rintik hujan
bersama panas yang menerpa
jangan pergi.......
mungkinkah terang ku bertahan
atau kan meninggalkan gelap di hati
jangan pergi.....
mungkinkah bersedia
terbayang jika terjadi
pujangga kan menulis apa
harus bertanya pada siapa
bila malam menjemput
aku kan tak sanggup bermimpi

Tidak ada komentar:
Posting Komentar