Minggu, 31 Juli 2016

Menanti Fajar

Malam ini serasa cepat berlalu
Baru saja kubuka mata menyambut pagi
Kini gelap tlah memelukku
Bintang bertaburan di langit sana
Sang mentari pun tlah ke peraduannya

Terasa menegangkan menanti fajar
Entah esok pagi yang kutunggu
Atau kuharap tak pernah ada lagi
Mungkin pagi yang kurindu
Mungkin pagi yang kubenci

Wajahmu besok kutatap lagi
Walau dengan mencuri
Berharap kan berbalas pantun
Hingga mata kan saling menyapa
Entah seperti apa rasanya

Dalam angan hatiku berdebar
Mungkinkah kupeluk lagi
Mencium aroma wangi rambutmu
Rasakan sentuhan lembut belaimu
Terlena dalam alunan sayangmu

Sendiri kumenatap langit
Bertanya pada hembusan angin
Rindukah dia padaku
Atau hanya sebuah hayal

Mimpi yang sempurna tuk di bangunkan

Jalanku (rasanya belum pernah di posting)

dingin menyeruak menembuh bumi
getarkan jiwa yang melayang
sinar mentari menembus mega
gambarkan garis-garis cahaya
lalui jalan berliku dan berlubang

dentuman musik membelah telinga
biarkan dada bergetar lepaskan dahaga
teriakan berkumandang bukan nyanyian
terbelah rasa yang menyakitkan
sepi, dingin hampa terasa

suara burung ramaikan semesta
menyambut hangat memeluk bumi
desahan alam bersama bersama tarian bambu
membasuh perih yang tak terobati
berjalan sang waktu jiwa tak bergeming

dongeng fabel tentang keajaiban
bercerita indahnya keajaiban
surga, nirwana dunia dewata
hati mulai ragu tentang fana
logika, naral menjadi  problema

di jalan ini kudesahkan
mengapa terungkap bila terdiam
bukanlah sesal tentang perjalanan
hanya bertanya pada sang alam
mungkinkah karma bumi melanda
reinkarnasi jiwa yang tak berujung
aku yang kini semakin tak percaya


Rindu Berat

entah kapan musnahnya rindu ini
mengganggu mimpi dan nyata
menusuk dalam beri luka lebar
membakar jiwa yang nelangsa

rindu yang mendalam ini
tak berkutik walau beribu suara di telinga
berpiring-piring makanan di tenggorokan
bertimbun-timbun buku terbaca
berpuluh-puluh curhatan tercipta

rindu yang membakar jiwa ini
tak padam dengan teduhnya doa
ampuh dan saktinya mantra
tak berguna hanya sakit menyiksa

entah bagaimana kuhalau rindu ini
tebing tinggi norma tak halanginya
dalamnya jurang status tak sanggup menakutinya
siksa dunia yang merobek hati

ohhh apsara hati dan jiwaku
dengarlah kidung rinduku
yang mengalun dalam tiap desahan nafasku
terdengar dalam tiap detakan jantungku
dalam diamku merindumu


Doaku di Tabola

dentang genta memenuhi telinga
asap dupa bertebaran
puja puji tlah diperdengarkan
mengalun meresap ke sanubari
tenggelamkan sadar pada ilahi

tertunduk pada kuasaNya
menyerah pada keagunganNya
sembah yang kutinggalkan
serahkan pada kehendakNya

kupanjatkan doa padaMu
kabulkanlah atas kuasaMu
maka terkabulkanlah keinginanku

bahagiakan dia untukku
sempurnakan hidupnya
lindungi dia dengan tanganMu
agar tenang hati dan batinku

aku yang tak sanggup melupakannya
tenggelam pada rasa yang tak biasa
melewati batas-batas atas keinginan manusia

permohonanku hari ini
dihadapanMu aku memujaMu
kabulkanlah, berkatilah
aku bersujud padaMu


Sabtu, 30 Juli 2016

Sendiri di Pantai ini

Jejak kaki tertinggal di pasir yang lembut
Tegas membekas di bumi pertiwi
Terantuk kepala pada rerantingan
Sadarkan diri pada kenangan lama

Desahan angin berdesir di telinga
Bisikkan indahnya puisi cinta
Debur ombak bagai irama nada
Mengalunkan lagu-lagu yang membisu

Pohon ketapang dengan daunnya yang teduh
Beri aroma kegegaran pada panasnya pantai
Semangkuk mie instan menjadi teman
Dulu pernah kunikmati sepasang
Sisihkan waktu untuk berdua

Kunikmati semua kenangan ini
Di pantai yang sepi ini
Sendiri tanpamu lagi disisiku
Namun bayangmu menyertaiku

Huft..... aku di pantai ini
Sendiri dan menyendiri
Biarlah bulir pasir yang menceritakan
Semua tentang kenangan kita
Di sini di pantai ini

Aku datang kembali dan lagi

Tentang Aku

Aku adalah seorang pengecut
Yang ketakutan dengan sebuah gertakan
Seperti seekor anjing kampung
Lari terbirit-birit dengan ekor di selangkangan
Hanya dengan sebuah hentakan kaki

Aku adalah seorang penjahat kelamin
Yang tergoda dengan senyuman manis
Mulusnya paha yang tersingkap
Rayuan lembut menggoda
Laksana lilin yang cepat mencair
Hanya dengan sedikit panas api

Aku adalah seorang pecundang
Yang tak tau diri dengan keadaan
Tak perduli dengan dunia
Berusaha menabrak aturan dan norma
Kaku dan keras kepala
Seperti karang yang melawan hempasan ombak

Namun... percayalah....
Aku tak pernah berbohong
Tak pernah berdusta
Tentang semua rasa yang terpendam
Dan semua yang telah terungkap
Adalah nyata apa adanya

Berharap kamu kan mengerti
Kan memahami semua tentang rasa ini
Walau mungkin kau tak perduli
Aku pun tak memaksa
Hanya berharap kan datang kejaiban
Suatu  saat nanti

I miss you sayang.........

Karyaku dan Kamu

Merangkai kata menjadi kalimat bermakna
Entah indah entah tak berarti
Sungguh sulit dan menguras  pikiran
Terkadang hanya emosi yang tergambar
Dalam tiap suku kata

Menjadikan pikiran menjadi karya
Dinikmati hati dan jiwa
Melahirkan puisi karya pujangga
Atau sekedar curahan hati
Cerminkan sedih, ataupun senang
Terkadang menguras pikiran

Pemilihan kata-kata dalam tiap kalimat
Mengalirkannya dalam sebuah curhatan
Membentuk aliran cerita hati
Terkadang harus menembus bebatuan pikiran
Kerasnya emosi, bekunya kesedihan, dan panasnya asmara

Namun.......
Ketika goreskankerinduanku
Ketika gambarkan rasa di dada ini
Ketika lukiskan hasrat ingin bersamamu
Sungguh .........
Teramat mudah bagiku

Dalam tiap hayalku
Dalam tiap mimpiku
Dalam tiap langkahku
Kamu selalu hadir dalam hati dan pikiranku
Sungguh............

Jumat, 29 Juli 2016

Aku Kelelahan

Matahari menyengat kulit
Angin berhembus sekuat tenaganya
Aku terkapar pada butir-butir pasir
Terindas oleh takdir hidup yang melelahkan
Aku ingin sendiri di keramaian ini

Sesak nafas ini
Gemetaran tubuh ini
Tak dapat kukendalikan

Berbagai cara tlah kutempuh
Bermacam buku tak berguna
Betahun-tahun hidup percuma
Tak mampu memberi jawaban
Tunjukkan kemana aku harus melangkah

Tetes air mata yang mengalir
Derasnya peluh yang bercucuran
Hanya mampu melemahkan raga
Namun hati yang perih tak terobati
Seperti pecundang yang tak layak di bumi

Heiii penguasa di atas sana
Apakah ini ujianmu?
Atau ini hanya jawaban atas lemahnya hatiku?
Betapa pengecutnya mentalku?

Ayolah........ sudahi ini
Aku menyerah dan lelah
Aku tak sanggup lagi
Kumohon hentikan semua ini

Antara Alam dan RInduku

Fajar menyambutku dengan damai
Kubawa tubuh ini ketempat tinggi
Berharap melihat cahaya mentari
Menghirup banyak udara disana
Menghalau rinduku yang meninggi

Laku seperti anak ingusan
Jatuh cinta seperti kosa kata
Terkadang susunan indah selembut sutra
Terkadang pula menusuk menyakitkan
Diselingi senyum cemberut pada ruas bibir

Rinduku yang meninggi di pagi hari
Menyeretku pada roda-roda takdir
Berlari percuma karena tujuan entah dimana
Terdiam menyakitkan karena seperti nyata
Seperti bayang-bayang fatamorgana yang menghantui

Tarian jemari menitipkan salam rindu
Pada maya kupercayakan
Semua tentang rahasia hati
Karena semua yang nyata hanya bualan
Penipu ulung yang memanfaatkan situasi

Seperti indahnya pagi ini
Yang segera berganti pada teriknya siang
Tetapi sang surya tetap memberi peran

Nafas pun terus kan memburu
Memberi arti pada tiap langkah
Namun detakan jantung penentu segala

Maka begitulah rinduku padamu
Akan tetap ada dalam tiap tetes darahku
Akan tetap ada dalam tiap hembusan nafasku
Akan selalu berharap memadu kasih itu lagi

Dingin euy

Kabut tipis memeluk bumi
Berikan sentuhan dingin pada jiwa
Hati terdiam mengunci rapat
Hanya sesekali sudut mata menoleh
Diselingi harapan pada barisan embun

Raga perkasa hanya bualan
Bibir tertawa hanya tipuan
Senyum palsu pada topeng muka
Sandiwara apa yang dimainkan
Episode mana yang ditampilkan

Gemuruh badai hati melanda
Petir amarah menyambar
Menahan agar tak hujan tangis melanda
Hanya pecundang keluarkan air mata
Biar kesendirian yang mengetahui

Suara keras lantang penarik perhatian
Canda gurauan  biar tertawa lebar
Menitipkan rindu pada tiap gerak
Menyelipkan kangen ini pada tiap kata
Harapan terdengar pada satuku

Kamis, 28 Juli 2016

Aku terpaksa menjauh

Bumi bergetar berguncang
Angin berhenti berhembus
Mentari hilang dari langit tinggi

Seorang pengecut lari tunggang langgang
Tak sanggup berhadapan
Hilangkan diri dari kenyataan
Tak kuasa menahan perih

Pilihanku menjauh pergi
Agar tak sesak nafas ini
Menahan rasa tak terkendali
Perih jiwa beban di hati
Aku terpaksa menjauh pergi

Sulit bagiku melupakan
Sulit bagiku melepaskan
Kenangan menyiksa diri
Membelenggu langkah tuk maju

Mungkin lebih baik menyerah
Karena tak sanggup sungguh tak sanggup
Ingin segera menghilang
Pergi jauh meninggalkan kenangan

Tiap sudut kota
Tiap jalan yang kulalui

Menyiksa ingatan

Kehidupan

Kehidupan adalah perjalanan panjang
Kapan dan dimana akan berhenti siapa yang tau
Penuh liku dengan jurang terjal
Rimbun pepohonan menghadang di depan
Padang ilalang, semak belukar menjadi teman perjalanan
Gurun tandus pun menjadi aral perintang
Demi sebuah taman yang indah

Bagai misteri yang bercerita bersambung
Tiap adegan gambarkan situasi berbeda
Bahagia, sedih, ketakutan, penderitaan bagian kecilnya
Episode berlanjut penuh drama yang memilukan
Intrik, kecurangan menjadi bagian pentingnya
Hingga klimaks nanti penentuan pemenang
Kehendak hati sang sutradara

Hidup terlalu berat tuk disia-siakan
Bahkan bila tlah diperjuangkan
Langkah panjang pun percuma
Bila takdir yang berkuasa
Bukan kealpaan semata
Hanya terus berusaha pilihan satu-satunya

Terlalu naif bila berdiam diri
Karena tidak akan pernah memberi keadilan
Hidup penuh dengan penderitaan
Walau dengan berbagai hal positif disekitar
Melakukan hal yang dianggap benar
Namun memang sudah harus seperti itu

Hidup pula yang kan mempertemukan
Dua dunia yang berbeda-beda
Alam-alam kan saling berkaitan
Bertemu menjadi sebuah rangkaian keindahan
Namun mungkin juga sebuah neraka kehidupan

Dalam pusaran takdir yang tak bertepi
Hidup kan mempertemukan sebuah hati
Dengan siapa kan bertemu
Dengan siapa tidak kan bertemu
Dengan siapa kan menyatu
Dengan siapa kan berpisah

Desahan nafas di pagi hari yang dingin
Membekukan tiap rongga dada
Terdiam membisu menatap langit
Ke barat mungkin agak ke utara di atas kepala
Dimana tempatmu berada

Rabu, 27 Juli 2016

Pria Perkasa

Tabir mega selimuti rembulan
Meredupkan lebut cahaya
Bersama hembusan angin dingin
Sempurnalah malam yang gelap

Tubuh yang lelah
Bercururan peluh kerinduan
Menanti fajar kan datang kembali
Membawa hangat memeluk bumi

Terjatuh dalam lamunan
Terusik pada kenangan manis
Histori kehidupan yang terindah
Berbaris rapi dalam pelupuk mata

Dalam pelukanmu aku berjanji
Kuat, perkasa, sempurna raga
Menjaga diri agar tak rapuh
Tak ternodai oleh racun dan luka
Hingga bila keajaiban itu datang
Sempurnalah pertemuan dua hati

Harapan itu kusimpan rapi
Tertata dalam almari impian
Kujaga janji erat-erat
Kulakukan dari hati
Tanpa paksa tanpa ragu
Karena aku mencintaimu


Miss U

Poo sayang.....
Kamu lagi apa sekarang? Lagi ngapain neh?

Oh ya? Kamu tau ga? Waktu sampai di kantor tadi siang, karena harus ngantar teman-teman ke kantor, aku liat motormu. Ya.... aku hafal plat nomor kendaraanmu. Jadi aku tau kamu ada di sana.
Jujur pengen sekali rasanya naik ke ruangan, tapi karena benar-benar gugup, aku membatalkan niatku tadi. Lama aku pandangi motormu.

Masih teringat kala terakhir aku keluarkan motormu dari parkiran. Walapun Cuma sampai depan pintu gerbangmu.
Oh ya sayang, ngapain tadi ke kantornya? Lembur apa? Jadi karena penasaran, aku telpon si tinggi kurus yang mulai gemuk itu.

Ya... alasan aku aja seh nanyain dia di kantor, lembur apa? Padahal yang aku maksud adalah kamu. Ya kamu.....

Aku kangen kamu sayang, benar-benar kangen saat ini. Sungguh sayang. Sungguh.....

Tapi kamu masih baca blog ini ga ya?

Eh ya sayang.... sepertinya latihan pembentukan badanku mulai berhasil neh..... otot perutku dan lenganku sudah mulai terbentuk. Ya... untuk membentuk tubuh yang sempurna seperti janjiku hari itu

Met malam sayang.... eh ya lupa.... ke tempat orang tuamu kerja malam ini? Ya udah... habis itu istirahat ya.... miss u


Bunga

Apa yang aku inginkan seperti sekuntum bunga
Ya... persis seperti sekumtum bunga di taman indah
Pesonanya memikat kumbang-kumbang yang berterbangan
Mewangi mewarnai indahnya sinar mentari
Menghiasi dunia dengan indah kelopaknya

Bunga yang indah sungguh indah
Hingga tangan ingin memetik tangkainya
Menggapainya walau perdu belukar merintangi
Memilikinya agar tak yang lain mengambilnya
Membawanya pulang menjadi penghias rumahku

Namun hati ku berbicara lantang
Menjadi perdebatan sengit logika dan perasaan
Dilema jiwa yang berkepanjangan
Perang batin yang tak terelakkan
Sebuah tanya yang tak terjawab sendiri
Permasalahan yang tak kan selesai dengan tangan sendiri

Bila nanti ku bawa pulang
Akankah tetap mekar mewangi?
Akankah tetap tumbuh subur?
Tidakkah akan menjadi bunga yang layu?
Kurus mengering hingga hilang keindahan?
Bahkan bila kujadikan bucket bunga sekali pun

Bunga yang indah
Akan selalu membutuhkan matahari
Akan selalu membutuhkan air
Akan selalu membutuhkan tanah dan pupuk
Yang cukup dan sepantasnya
Bila berlebih atau kekurangan .................
Tidak akan dapat tumbuh dengan baik

Bahkan setelah sekian lama merawatnya
Harus tetap memberi dilema
Membuat pilihan yang harus diambil
Haruskah aku memetiknya
Memotongnya dan memisahkan dari tangkainya
Walau tuk hasilkan yang lebih bagus
Ataukah aku harus hanya menikmatinya
Membiarkannya tumbuh subur secara alami

Konyol memang terasa
Lucu memang terdengar
Tapi begitulah bunga
Sulit bagi perasaan ini
Menjadi beban dan perih di hati
Aku kan melakukan yang terbaik bagimu

Selamat Pagi

Selamat pagi Poo Sayang.......
Sudah bangun belum? Kayaknya udah ya, kan mau melasti?
Oh ya, saya pagi ini ke Denpasa, ntar jam 6 sudah berangkat.

Met melasti ya.........
Jangan lupa bawa sarana muspa ntar, bawa juga air minum.
Oh ya... sebelum berangkat ingat sarapan dulu ya, biar kuat jalannya. Jangan bawa motor melastinya ya.

Saya sebenarnya malam ini mimpikan kamu lagi sayang. Iya ... mimpikan kamu. Ceritanya Cuma duduk-duduk gitu, bagi-bagi makanan entah apa, pokoknya berdua gitu di suatu tempat.


Ya sudah dulu ya, mau bilang gitu aja. Mau mandi persiapan dulu.  CU sayang. Mmmmuuuuaaahhh love you

Selasa, 26 Juli 2016

Aku cuma iri

Hei poo......
Selamat siang, kamu lagi apa lagi dimana ne?
Oh ya... boleh ga aku bilang iri, soalnya kalau cemburu kan ndak boleh ya? Hmmm trus kalau cemburu juga apa hak aku tuk cemburu.

Ya deh.... bahasanya iri aja ya.
Ya aku iri dengan yang bernama si Bulan itu. Soalnya dia masih enak ya, bisa berkomunikasi sama kamu. Yahhh... seperti itulah dia lebih enak bisa tau keadaan kamu. Mata dan telinganya masih bisa menikmati kamu.

Sedangkan aku benar-benar buta dan tuli. Walaupun singkat komunikasi kalian tapi tetap saja buat aku iri. Aku benar-benar iri, tapi setelah aku pikir-pikir mungkin karena kesalahan aku lebih besar makanya aku ga berhak lagi, ya .... ga pa apa lah. Nasib namanya.


Sudah deh... mau bilang itu aja.  Aku kangen kamu Poo, kangen kebersamaan kita. Kapan pun kamu perlukan aku datanglah, telponlah, atau seperti apa pun aku pasti datang membantumu. Aku berjanji.