Senin, 31 Oktober 2016

Benci dan Kenangan

Seburat angan melangkah di atas kepala
Kala pagi menyapa dalam panas mentari
Lelah malam yang masih terasa memeluk raga
Memaku kaki tangan pada peraduan
Kemana tenaga ini menghilang

Hasil gambar untuk bingungLangkah lelahku yang tak bertepi
Tak secepat bergulirnya sang waktu
Menyisakan puing-puing rapuhnya dinding hati
Menampilkan lemahnya hati singa perkasa
Yang tak sempat menanyakan kenapa

Kini sudah terlambat semua
Terlambat untuk memperbaiki semua
Terambat menyesali semua
Ketika arus sang waktu
Ketika sang mentari terlalu cepat berlari
Ketika bumi terlalu cepat berputar

Kini mampukah membedakan antara kenangan dan benci?
Kenangan yang menyiksa hati dan kepala
Kebencian yang bercampur kenangan
Kebencian yang lahir bersama keacuhan

Mungkin kini jalan terbaik
Sehingga menghapus luka semua hati
Memberi tamba pada luka yang bernanah
Karena seringkali kita tak menyadari sesuatu hal
Bahkan itu hal yang klise sekali pun

Kini masa laluku
Luka lamaku
Masalah pribadiku
Ku akan terima sendiri
Hadapi sendiri semuanya
Kamu tidak perlu ikut terluka karena itu
Dan aku pun tak kan menyalahkan langkahmu
Karena kamu tau aku selalu mendukungmu

Minggu, 30 Oktober 2016

Paradoks

Hati ini pernah terluka dalam bahkan sangat dalam
Menemukan bahagia lewat pandangan pertama
Berharap menjadi satu bagian dengan belahan hati yang terpisah
Melalui waktu dan perjalanan bersama
Musnah luluh lantak karena ketakutan

Ketakutan yang kemudian menjadi penyesalan
Penyesalan yang kemudian lahir menjadi kemunafikan
Kemunafikan yang kemudian menjadi permusuhan
Permusuhan yang mungkin tak kan terselesaikan

Hati yang terluka meringis perih
Kembali menikmati indahnya bersama
Sesaat namun memberikan kenangan terbaik
Membuat tetap bertahan dalam panas kehidupan
Bertahan dari keputusasaan tingginya keegoisan

Keputusasaan yang tersambut perhatian
Berkembang dalam kenangan lama
Menjadi cerita cinta yang indah
Meninggikan hayalan dan impian
Membumikan harapan yang tinggi di angkasa
Melupakan bumi dan lautan di dunia

Cerita cinta yang indah
Berkembang bersama sang waktu
Berubah menjadi keangkuhan
Keegoisan atas prilaku
Keinginan atas melindungi diri sendiri
Kemudian lahir dalam topeng-topeng kemunafikan
Mencela di punggung tanpa kentara

Kini paradoks hati yang berbicara
Ketika “i think so” menjadi fenomena
Mempercayai karena kebencian
Ikut menghina karena kemunafikan
Sungguh tak kusangka

Lahir dalam bidadari fajar impian

Sabtu, 29 Oktober 2016

Selamat Ulang Tahun

Hari ini ulang tahunmu
Aku hanya mampu ucapkan selamat untukmu
Semoga ulang tahunmu yang ke-26
Memberikan banyak berkah untukmu
Membawa banyak keberuntungan untukmu

Hari ini ulang tahunmu
Sebenarnya ingin kurayakan untukmu
Seperti impianku saat bersamamu
Namun kini mengucapkannya di hari ini pun tak bisa
Terlalu banyak hal yang terjadi
Menghalangi semuanya

Kuucapkan selamat ulang tahun untukmu
Di sini di tempat ini
Tempat kita biasa menikmati se cup mie instan
Aku merayakannya sendiri untukmu
Dengan se cup mie yang biasa kita pesan di warung itu
Namun di hari ini cup mie itu ku bawa sendiri
Berharap semua tentang mu
Hari ulang tahunmu berikan yang terbaik untukmu

Saat ini mungkin kau sudah merayakannya dengan yang lain
Aku hanya bisa mengucapkan selamat ulang tahun dari sini
Semoga berbahagia untukmu

Selamat ulang tahun untukmu
Bersama deburan ombak
Panasnya terik mentari
Dan... butiran pasir ini
Kuharapkan yang terbaik untukmu

Aku yang tlah jauh jatuh mencintaimu
Tak pernah sanggup tuk melupakan kisah cinta
Walaupun hanya dalam waktu yang sangat singkat
Aku ucapkan selamat ulang tahun untukmu
Aku cukup berbahagia dengan menikmati suaramu
Memperhatikan semua raut wajahmu
Memandangi gerak langkahmu
Kadang mensyukuri atas cara acuhmu

Selamat ulang tahun untukmu
Entah apa yang harus kurangkai kata lagi
Hati dan tangan ini terlalu bergetar hebat
Membutakan semua pilihan kataku

Selamat ulang tahun untukmu
Semoga bahagia untukmu sayangku Poo.....


Jumat, 28 Oktober 2016

Sebuah Sesi

Maka terjadilah yang tak seharusnya kulakukan
Saat ini... sekarang ini...
Walau kubertanya pun tak kan ada maknanya
Namun hatiku ingin tetap bertanya
Menanyakan tentang kejujuran
Apa artinya diriku bagimu?

Kurasa aku tlah jauh jatuh hati padamu
Melebihi dasar-dasar logika
Melewati psikologi normal manusia
Menjebakku dalam ruang dan waktu yang tak berbatas

Sebegitu hebatnya kah dirimu membenciku?
Terlalu hinakah diriku ini?
Seberapa batas kesadaranmu?
Bercermin pada kaca benggala yang remuk?

Aku tak memahaminya
Aku tak pernah bisa mengerti
Dulu entah kenapa kau memberiku pelukan
Di pagi hari ketika aku terpuruk
Di tengah malam ketika menemanimu pulang

Kamu yang hadir bagai fajar pagi yang indah
Datang bersama barisan bintang-bintang
Mengucapkan kata-kata yang membuatku terjaga
Melewati.... melepas malam
Seharusnya kau tidak tidak seperti itu dulu
Dan aku pun tidak melalukannya dulu

Kau sedang apa?
Haruskah aku terus menjauh darimu
Membumikan cintaku yang membusuk
Ah... sungguh aku baik-baik saja
Berbahagialah disana

Aku menikmati bahagiamu dalam bayanganmu

Ikhlasku namun tak rela

Bayang semu wajahmu menggurat mimpi
Menebar bau harum kerinduan dalam sepi
Wanginya yang memenuhi alam bawah sadar
Sadarkan mata dari kantuk berkepanjangan
Musnah sudah lelap tidurku

Demi seluruh penguasa alam
Semua penghuni jagadraya
Biarlah aku tertelan olehnya
Terbakar oleh panasnya
Tenggelam dalam pusarannya
Bila aku mendustai
Berbohong tentang semua
Bahwa ku tlah berusaha melupakanmu
Mengikhlaskanmu walau tak merelakanmu

Seluruh jiwaku menangis
Dadaku terasa perih
Kepalaku andai bisa pecah
Aku tak sanggup melupakanmu
Seakan keras dan tajamnya paku menahanku
Langkah dan laluku yang tak menjauh darimu

Namun kusadari semua
Kupahami tentang keterbatasan hal
Aku tak berani mengganggumu
Bila itu kan timbulkan rasa sakit untukmu
Walau......
Dalam hatiku
Dari dalam jiwaku
Aku sungguh sangat merindukanmu
Mengharapkanmu

menantikanmu

Kamis, 27 Oktober 2016

Carik Suratku

Kutulis bait kata demi kata
Berusaha sampaikan semua perasaan
Tentang rasa kecewa ketika dicampakkan
Ketika marah atas kemunafikan
Saat takut untuk menyakiti
Bila sedih saat rindu melanda

Kutulis kata demi kata
Walaupun mungkin tak terbaca olehmu
Hanya sampaikan semua tentang rasa di hati
Apa adanya tanpa adanya kebohongan
Jauh dari dusta dan nafsu belaka

Apa Cuma aku yang gila?
Apa Cuma aku yang sebodoh ini?
Berusaha lari dari kegagalan melangkah
Mengejar apa yang sudah terlewati
Berusaha untuk tunjukkan semua rasa yang ada
Tanpa keraguan memperjuangkan semua langkah

Kutulis semua hal di hati
Biarlah berterbangan di dunia maya
Biarlah bercerita tentangnya
Sedikit harapan yang masih tersisa
Terpatri indah dalam hati, angan, dan mimpi

Kutulis rasa yang tak tersampaikan ini
Setidaknya mengurangi kerinduanku
Yang selalu mengganggu mimpi
Menguasai hayal dan nyata ku

Rabu, 26 Oktober 2016

Semut hitam

Semut hitam begerak tak henti
Tak hiraukan kakinya yang tlah lelah
Peluhnya mengucur tak henti
Kadang menghilang mengengiring di terpa panas
Matanya pun mulai merabun

Semut hitam terus berlari
Mencari makan yang tak lari
Kamuflase tuk hilangkan semua tenaga
Hingga nanti saat malam menjemput
Mata tak lagi menerawang menembus awan

Semut hitam yang tak perduli lagi mimpi
Yang menguasai delapan malam
Membangunkan di tengah malam
Menggoda nyenyaknya tidur di pagi hari
Bahkan mengganggu senggang di kala siang
Mimpi tinggal mimpi
Nikmati sebagai penghias gelapnya malam

Semut hitam yang tak betah dalam liang
Siang hantarkan sang ratu
Malam menjadi babu si kulit pucat
Bukan lembar uang yang membahagiakan
Menjadikan lelah sebagai teman sejati

Ini kisah semut hitam
Yang ditelan badai pasir
Bosan berenang pada air mata
Lelah menanti dalam sudut gelap
Terpekur menatap dari kejauhan
Hanya berusaha menerima kuasa sang waktu

Selasa, 25 Oktober 2016

Mendamaikan Hati

Kenangan ini menari-nari di kepalaku
Ada rasa rindu yang menggelora
Rasa kehilangan yang tak terungkapkan
Penyesalan memberimu masalah
Menyeruak di sela-selanya

Seharian aku tak melupakanmu
Sedetik pun aku tak sanggup menghapus wajahmu
Seakan terukir jelas di mataku
Melekat tak terhapus oleh lelah

Entah apa yang di hatiku ini
Kuakui salahku padamu
Tak memikirkan perasaanmu
Melupakan semua batasan antara kita
Mengabaikan semua keterikatan yang ada

Namun kadang kuingin mendebat
Salahkah aku mengungkapkan semua?
Berlebihan kah bila kuperjuangkan?
Ketika kumerasa tanganmu menyambut
Walau tiba-tiba kau hempaskan

Mungkin aku yang tak sanggup menyadari
Mungkin kamu yang lebih pintar memahami
Tentang semua keadaan
Pada semua batasan
Untuk segala keterikatan

Ah.... ini seperti bilah mata koin
Bila tidak kamu yang menyakitiku
Mungkin aku yang akan menyakitimu
Hanya waktu yang bisa menjawab semua
Kadang semuanya terasa kejam
Namun memang seperti itu
Selalu akan seperti itu

Karena semua kuasa sang waktu

Aku sudah Gila

Mungkin aku sudah gila
Ya.... kini benar-benar gila
Serasa aku menjauh dari diriku sendiri
Keinginanku tak sejalan dengan perbuatanku
Yang kulakukan seperti bukan atas pemikiranku
Hanya emosi sesaat yang sering bermunculan

Sudah gila
Aku sudah tak waras
Logika manusia normal mungkin tak seperti ini
Serasa hanya bergerak sendiri
Walau hati nurani tak berkata itu
Tak wajar prilaku seperti ini

Aku tak mampu menjadi contoh
Tak sanggup menjadi tauladan
Kegilaanku yang melalui batas
Kehidupanku yang tak dapat kukendalikan lagi
Serasa jauh dari jalan lurus yang kutempuh

Apa yang kualami ini?
Ketenangan apa yang aku cari?
Loba kah aku sebagai manusia?
Nampaknya kehidupan telah memakanku
Kini pikiranku sungguh tak wajar

Aku tak pantas untuk siapa pun
Aku tak pantas mendapat sayang dari siapa pun
Aku tak pantas mendapat perhatian dari siapa pun
Karena aku sudah gila

Kemana hati nuraniku?
Terlalu tenggelamkah dia dalam kesedihan
Kemana diriku yang dulu?
Terlalu asikkah bermain pada kehidupan
Ataukah aku terlalu mengikuti arus?
Termakan oleh rasa mengalah itu?

Hingga kini batinku tak sanggup lagi
Saat pikiranku mulai lelah
Aku kini terkapar dalam panas kehidupan
Kini aku hanya orang gila

Mungkinkah sebaiknya aku sendiri?
Benar-benar sendiri
Menjauh dari semua bentuk kehidupan
Karena aku tak pantas berada di mana pun

Senin, 24 Oktober 2016

Bimbang

Entahlah..........
Apa ini sungguh tidak akan apa-apa?
Ketika semua tentangmu menghilang
Tak apakah ketika segala tentang kerinduan lenyap?
Semua kenangan terpendam dalam-dalam
Atau akan ada masalah?

Sudah hampir lebih enam bulan berlalu
Ketika aku terakhir mendengar nada manjamu di telinga
Ketika amuk cemburumu menyeruak
Kata-kata manismu di surel milikku
Dan kecupan sayang mu di pipiku

Sejujurnya .......
Sampai hari ini pun aku tak ingin kamu pergi
Atau pun aku pergi darimu
Walaupun memang keharusan
Ingin bersamamu
Walaupun itu tak wajar

Entahlah....
Apa yang kurasakan kini
Ketika kamu menjauh dariku
Saat aku menjauh darimu
Dan saat hanya kebutuhan kerja yang berbicara
Aku pun tak sanggup memaksakan diri
Mungkin pula kamu pun seperti itu
Maafkan aku.......

Kini kamu yang tak meninggalkan jejak sedikitpun
Menghilang seolah tak pernah ada di hatiku
Lenyap begitu saja.............

Entahlah.........
Haruskan aku kini merasa terguncang
Atau aku anggap biasa saja
Tenang ... seolah semua biasa saja terjadi

Aku yang kini hanya menatapmu dari jauh
Kamu yang selalu menghadap ke arah yang lain
Mungkin.........
Bila tak melihatku
Hatimu akan menjadi tenang

Benarkah?
Dibanding mencari solusi atas semua masalah
Mengabaikan akan jauh lebih mudah
Lebih terasa ringan
So.... saat semua masalah itu ada
Tinggal kubur saja atau buang jauh sekalian
Akankah kita dapat berhadapan berdua secara langsung?
Ah.... bukankah itu melelahkan?
Toh... pada akhirnya kita sendiri yang merasakan
Tanpa bisa atau sanggup ceritakan pada yang lain

Kini yang seharusnya tak kucinta
Tak dapat kutemui di manapun
Entah aku harus merasakan apa
Sedih karena tak bisa bersama
Atau lega karena keadaan menjadi lebih tenang
Tapi.....
Sebenarnya apa yang aku inginkan?

Minggu, 23 Oktober 2016

Aku dan Dunia Mimpiku

Malam mulai menguasai bumi
Setetes hujan malam ini makin berikan keindahan
Ketika lelah menyergap seluruh tubuh
Melepaskan diri ke alam mimpi
Alam yang mungkin pantas untukku

Andai saja alam mimpi bisa terus memelukku
Kuingin tetap berada disana
Alam mimpi tempatku mendapatkan semua
Tempatku lari dari segalanya
Dimana aku bisa menyelam ke palung terdalam
Dimana aku bisa terbang ke langit tertinggi

Aku ingin disana lebih panjang
Jauh lebih lama dari kehidupan nyataku
Tanpa terganggu oleh sang mentari
Yang menyilaukan dan menyakitkan mataku
Tanpa terganggu oleh sang bayu
Yang kadang memekakan telinga dan mendinginkan tubuhku

Alam dimana harapanku hidup
Walau harapan adalah sebuah pelarian dari hati yang lemah
Pelarian jiwa-jiwa yang pengecut dari kenyataan
Tapi setidaknya lama mimpi membuatnya nyata
Walau mungkin sesaat

Entahlah ... biarlah.....
Harapan itu tetap tumbuh
Selalu berkembang disana
Mungkin omong kosong
Tapi biarlah tetap dengan kondisi begitu
Karena aku damai di dalamnya

Karena aku yang tak mampu berbuat apa
Daripada harus tenggelam dalam keputusasaan
Biarlah harapan itu akan memberi jawaban atas semua

Bersama sombongnya sang waktu yang berlalu